Seorang anak kecil tengah menangis sambil memeluk boneka beruang yang sudah kusam. Dia berjalan di jalan raya tanpa ditemani siapapun. Gadis kecil itu terus berjalan tanpa arah dan tujuan. Dia memanggil ibu dan ayahnya yang entah berada di mana sekarang.
Gadis itu tak mengerti kenapa rumahnya bisa terbakar saat ia sendirian di rumah karena kedua orangtuanya sedang bekerja. Para warga berbondong-bondong ke tempat lokasi dan segera mengamankannya, namun saat semua warga tengah sibuk dengan kobaran api, gadis itu pergi untuk mencari ayah dan ibunya.
Dia tak tau kemana harus mencarinya namun tetap berjalan dengan keadaan yang tidak baik. Asap api yang mengepul di semua sudut rumahnya membuat tubuhnya menjadi lemah. Dia terus berjalan sampai pandangannya mulai menggelap dan gadis itu pun pingsan di tengah jalan.
Sebuah mobil silver berhenti tepat di sampingnya. Seorang pria dengan baju warna hitam yang mirip seperti ajudan keluar dan segera menghampirinya. Setelah mengecek keadaannya, pria itu pun membawa gadis itu masuk ke dalam mobil. Mobil itu pun segera melaju membawa gadis mungil itu ke sebuah rumah.
***
"Siapa namamu?" Seorang pria kecil bertanya kepada seorang gadis karena rasa penasarannya.
Ayahnya membawa gadis itu ke rumahnya dengan keadaan yang tak sadarkan diri. Dia yang sedang asik bermain robot-robotan tentu ingin tau siapa gadis itu. Dia bahkan menunggu gadis itu siuman dari pingsannya.
Gadis itu pun mulai meneliti semua sudut ruangan. Dia bingung kenapa bisa berada di tempat asing seperti ini. Tatapannya kembali ke pria kecil yang sedari tadi menunggu jawabannya. "Tuan muda sebaiknya pergi ke meja makan karena semuanya sudah menunggu," ujar seorang ajudan.
"Bagaimana dengannya?" tanyanya masih melihat gadis itu dengan seksama.
"Biarkan dia disini nanti biar saya yang mengurusnya Tuan"
"Apa kamu lapar?" tanya pria itu mengabaikan ucapan ajudannya.
Gadis kecil itu menatapnya sebentar lalu melihat-lihat lagi sudut ruangan. "Aku dimana?"
"Kamu sedang berada di rumahku sekarang, namaku Jimin. Siapa namamu?" Lagi dia bertanya seakan tak menyerah.
"Aku Jennie"
"Nama yang cantik," ujar Jimin menampilkan senyum cerianya.
"Namamu juga terdengar bagus" Puji Jennie karena merasa harus melakukan itu.
"Tuan, Nyonya dan Tuan besar sudah menunggu"
"Apa kamu lapar?" Jimin bertanya lagi.
Jennie mengangguk. "Sedikit lapar"
"Ayo ikut makan bersamaku!" ajak Jimin menarik tangan Jennie.
Jennie yang masih belum sepenuhnya pulih hanya menurut saja dan membiarkan tangannya digandeng oleh Jimin. Mereka berlari kecil-kecil ke meja makan yang membuat seisi meja terkejut dengan kehadiran Jennie.
"Jimin, kenapa kau membawanya kemari?" Seorang pria lainnya yang sedikit lebih dewasa bertanya dengan raut wajah yang tidak ramah.
"Suga, biarkan dia" Suara bariton terdengar pelan namun tegas.
"Tapi Pah, dia kan-"
"Sudah tidak apa-apa Mah, saya punya rencana untuk gadis ini," ujarnya membuat wanita paruh baya itu mendengus tak suka.
"Jimin, berikan tempat duduk untuk teman barumu," ujar Tuan Park.
Jimin yang polos mempersilahkan Jennie untuk duduk. Dia sangat senang karena ternyata ayahnya sangat terbuka dan baik kepada Jennie. Dia mengabaikan tatapan ibunya yang sudah melotot memandanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa (SELESAI ✔️)
FanfictionMenceritakan tentang pengorbanan seorang Lisa kepada pacarnya. Dia melakukan segalanya demi membuat Jennie Kim bahagia di sampingnya. Namun siapa sangka, gadis itu membawa petaka bagi dirinya. Semua orang yang Lisa sayangi satu persatu lenyap dari b...