Complicated

267 23 4
                                    

"Lisa hentikan, sabar jangan asal main hajar" Jiso menahan Lisa agar tidak mendekat ke arah Dami.

Gadis itu menatap Dami dengan tatapan benci dan amarah. "Waktu berkunjung sudah selesai, tahanan silahkan kembali ke sel!" Dami berdiri dan menatap Lisa dengan senyuman miring di wajahnya.

Lisa mengepalkan tangannya dan menahan diri agar tidak memberikan sebuah pukulan untuk seorang gadis yang membunuh ayahnya. "Lisa, ayo kita pulang," ajak Jiso dan menarik lengan Lisa. Jiso mengingat tatapan benci Lisa untuk Dami membuatnya semakin resah.

"Lisa, aku ada urusan di kantor. Apa kau bisa pulang sendiri?" tanyanya.

"Kira-kira berapa lama dia ditahan?" tanya Lisa.

"Kita tunggu keputusan dari pengadilan, pengacaraku sudah mengurus segalanya. Aku yakin dia tidak akan lolos begitu saja," ucap Jiso menatap Lisa. "Kau tenang saja, semuanya pasti baik-baik saja"

"Terima kasih Jiso, kau adalah sahabatku yang paling baik," ucapnya memeluk Jiso.

Jiso menepuk-nepuk punggungnya. "Baiklah, sepertinya aku harus pergi sekarang. Kau tak apa pulang sendiri?"

Lisa menggeleng sebagai jawaban. Jiso masuk ke dalam mobilnya dan memberikan Jennie pesan singkat. Ada satu hal yang harus dia tagih dari gadis itu. Sementara itu Lisa pulang dan tidak sabar ingin menemui Jennie kekasihnya.

Lisa mampir untuk membeli bunga. Dia ingin memberikan hadiah kecil kepada Jennie karena gadis itu sebentar lagi akan menyelesaikan tugas akhirnya. Lisa mengambil ponselnya dan membaca satu pesan dari Jennie.

Jennie: Aku ingin ketemu di taman aja, ada yang ingin aku bicarakan

Lisa segera memasukkan kembali ponselnya dan putar arah karena pesan Jennie. Dia tidak perlu berjalan jauh karena tempat yang dimaksudkan oleh Jennie sangat dekat dengan posisinya sekarang.

Lisa melihat Jennie sudah menunggunya. Gadis itu berdiri dan matanya celingukan mencari keberadaan Lisa. Lisa dengan usil menutup matanya dari arah belakang dan tersenyum manis saat Jennie bisa menebak siapa dirinya.

"Seikat bunga untuk kesayangan" Jennie menerima bunga itu dengan senyuman tipis. Wajahnya sudah tak seceria dulu karena masalah yang menimpanya.

"Jen, ada apa?" Lisa menyadari raut wajahnya. "Kamu ga suka bunganya?" Jennie menggeleng.

"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu" Jennie menunduk dan tidak berani menatap Lisa.

"Apa, katakan saja" Lisa melihat Jennie yang seperti enggan untuk menatapnya.

"Aku mau kita putus," ucapnya bagai petir di siang bolong.

Lisa menatap Jennie yang masih menunduk. "Apa, apa aku ga salah dengar?"

"Lisa, aaada orang lain dan selama ini aku sudah menahan diri untuk tidak mengatakannya kepadamu"

"Tatap mataku kalo lagi bicara," tuntut Lisa mengguncang bahu Jennie. "Apa kamu benar-benar serius dengan perkataanmu?"

Jennie diam dan tak berani menjawab Lisa. Meski Lisa jarang marah padanya, dia tau bahwa Lisa sedang kecewa terhadapnya. "Jawab aku Jen, apa kamu benar-benar serius ingin mengakhiri hubungan kita? Hubungan yang sudah bertahun-tahun kita jalani?

Jennie tiba-tiba menangis membuat Lisa bingung. Dia berjongkok dan menyembunyikan kepalanya. "Aku bingung Lisa, aku masih sayang padamu, tapi orang yang selama ini membantuku hanya dia"

"Apa maksudmu Jen? Tolong jangan bertele-tele!"

"Aku masih mencintaimu, tapi...kamu ga bisa memenuhi semua kebutuhanku," ucapnya membuat Lisa paham.

"Aku mengerti sekarang. Jadi yang ingin kamu katakan adalah, aku miskin. Begitu?"

"Aku ga bilang begitu Lisa. Tapi hidup harus realistis kan? Kamu ingat ga, udah berapa lama aku ga minta uang sama kamu? Selama sebulan kamu mengurung diri di kamar dan tidak memperdulikan aku. Apa aku pernah protes padamu? Padahal kamu tau aku sedang butuh-butuhnya uang saat itu"

Lisa skak mat dan ga berkutik sama sekali. Dia sadar apa yang dia lakukan adalah salah. Mengabaikan Jennie dan lebih sibuk dengan rasa sedihnya karena kehilangan ayahnya. "Bukan cuma itu. Selama kamu ga bisa memenuhi kebutuhanku, dia yang selalu ada buat aku. Dia menuntut aku untuk jadi miliknya seorang sekarang. Apa itu salah? Aku masih mencintaimu dan sampai kapanpun aku rasa, aku tetap mencintaimu tapi aku ga bisa mengabaikan dia. Aku gamau dicap matre," ucap Jennie lancar seperti tidak ada dosa.

"Siapa dia? Apa orangnya aku kenal?" Lisa berusaha tegar walaupun hatinya teramat sakit sekarang.

"Dia adalah orang terdekatmu dan kamu juga sangat kenal dengan orangnya"

"Siapa?"

"Jisoo," ucap Jennie membuat hati Lisa semakin sakit. Dia menyesal telah kepo dengan orang itu, karena nyatanya hatinya bertambah perih. Niatnya untuk menghajar orang itu menjadi terurungkan karena nama itu.

Jennie berdiri dan menatap Lisa dengan sedih. "I still loving you. Bahkan aku punya pemikiran kalo aku bakalan manfaatin dia aja sebagai sumber uang, tapi kamu pasti ga setuju kan kalo aku ngelakuin itu ke dia?" tanyanya membuat Lisa menggeleng.

"Apa itu artinya kita akan berpisah untuk selamanya?" tanya Lisa sedih.

Jennie membingkai wajah Lisa. "Tentu tidak. Aku akan mati kalo sehari saja aku ga melihat kamu apalagi mendengar suaramu, itu udah jadi sebuah kebiasaan di hidupku. Kamu tenang aja sayang. Aku yakin Jiso pasti akan bosan padaku, suatu saat. Jadi kamu harus sabar, aku sebenarnya gamau ngelakuin ini tapi aku benar-benar ga bisa hidup tanpa kamu. Aku gamau kamu menjauh dariku. Aku mau kita tetap pacaran tapi diam-diam. Apa kamu mau?" tanya Jennie.

Lisa menggeleng. "Aku ga bisa nyakitin Jiso. Jiso adalah sahabatku, bahkan hari ini dia membantuku untuk menyelesaikan kasus ayahku"

"Jiso itu bukan sahabatmu Lisa! Jika dia sahabatmu dia tidak akan menuntut balas budi dengan menyuruh aku buat putus sama kamu. Dia itu penghianat asal kamu tau!"

"Tapi selama ini hanya dia yang perduli samaku Jen. Saat aku ada masalah, hanya ada Jiso dan Rose yang selalu ada. Bahkan Jiso bilang, dia mencintaiku," bisik Lisa kesakitan. Jika ini adalah cara Jiso untuk membalasnya maka itu sepadan karena Lisa benar-benar merasa hancur sekarang.

"Tapi lihat apa yang dia lakukan sekarang! Dia mengkhianatimu sayang. Nyatanya dia ga sebaik yang kamu kira" Jennie berusaha meyakinkan Lisa.

"Jiso ga mungkin setega itu," ucap Lisa menggelengkan kepalanya.

Jennie yang geram segera mengambil ponselnya dan menunjukkan pesan-pesan Jiso yang membuat hati Lisa semakin kacau. Dia tidak menyangka jika Jiso ternyata diam-diam menaruh perasaan kepada kekasihnya. Padahal dia tau bahwa Lisa sangat mencintai Jennie hingga apapun akan diberikannya kepada gadis itu.

"Lisa dengarkan aku baik-baik. Aku ingin kita tetap bersama dan bersatu apapun itu rintangannya. Jadi aku mohon bersikaplah seolah-oleh kita sudah putus hubungan. Aku gamau nyakitin kamu makanya aku bilang ini sama kamu. Apa kamu mau sayang?" tanya Jennie menatap dalam mata Lisa.

Lisa yang ditatap seperti itu akhirnya luluh. Dia tidak akan membiarkan Jennie dimiliki oleh orang lain selain dirinya. Dia begitu mencintai Jennie dengan segala kekurangannya. "Apa kamu suka sama dia?" tanya Lisa.

"Aku hanya menyukai uangnya. Karena satu-satunya manusia yang bisa menarik perhatianku itu hanya kamu Lisa. Aku akan berjuang untuk hubungan kita dan apapun yang terjadi aku tetaplah milikmu" Begitu manis ucapan Jennie sehingga membuat Lisa terlena di dalamnya.

Jiso yang sedang berada di dalam mobilnya tersenyum manis. Dia segera melepaskan earphone-nya dan membelokkan setirnya ke kanan. "Sudah kuduga Jennie itu benar-benar mengalami gangguan. Aku tidak akan membiarkan Lisa hidup dengan gadis penipu seperti dia" Jiso mencengkram setirnya. "Apapun akan aku lakukan untuk melindungi orang yang aku cintai," ucapnya menginjak gas.

Komen? Jangan lupa jaga kesehatan! Terima kasih yang masih setia untuk membaca cerita ini.

Jenlisa (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang