Jennie Kim

283 20 0
                                    

Flashback

"Jen, kamu darimana?"

Jennie yang baru keluar dari kamar Park terkejut saat melihat kedatangan Jimin. Sebuah mainan yang berbentuk robot-robotan ada di tangannya. "Aaaku..." Jennie bingung harus menjawab apa.

Park keluar dari kamarnya dengan wajah yang sumringah. "Ada apa ini?"

"Aku melihat Jennie keluar dari kamar papa"

"Jennie tadi membantu untuk memijat papa. Kamu mau ajak dia main nak?"

Jimin mengangguk. "Pergilah ke taman depan nanti Jennie akan menyusulmu," ucapnya sambil memegang pundak Jennie.

Jennie sebenarnya merinding dengan sentuhan Park. Dia masih terbayang-bayang dengan permintaan Park yang hampir tidak masuk akal. Setelah melihat Jimin menghilang di balik pintu. Park segera mencengkram bahu Jennie. "Jangan pernah menceritakan ini kepada siapapun, termasuk anak-anakku, mengerti?"

Jennie Kim hanya mengangguk. Air matanya sudah tergenang di pelupuk matanya. "Pergilah bermain dengan Jimin dan ingat kata-kataku tadi," ucapnya.

Jennie pun mengangguk dan berjalan menyusul Jimin. "Jen, untung kau sudah datang!"

Jimin langsung menyambut Jennie. Tangan mungil Jimin mengambil topinya lalu melap bibir Jennie. Jennie kaget dengan perlakuan Jimin. "Ada sisa susu di mulutmu," ucap Jimin membuat dahi Jennie mengerut.

"Aku tidak minum susu tadi," ucapnya polos.

"Lalu yang putih-putih di mulutmu apa?"

Jennie melap kembali bibirnya. Dia sebenarnya ingin muntah. "Apa aku boleh minta tolong? tanyanya menatap Jimin.

"Apa, aku senang sekali jika kamu mau berbicara padaku"

"Aku butuh air, mulutku sangat pahit dan aku mual"

Jimin menggandeng tangannya dan membawa Jennie ke sebuah keran yang masih ada selangnya. "Ini adalah air bersih yang digunakan oleh bibi untuk menyirami taman. Kamu boleh mencuci mulutmu disini"

Jennie segera memutar keran lalu membuka selangnya. Dia segera mencuci mulutnya yang sudah ternodai. Jimin menepuk-nepuk punggung Jennie. Senyuman polos itu menandakan bahwa Jimin tidak tau apapun yang dialami oleh Jennie.

***

8 tahun kemudian

Jennie sudah beranjak remaja dan sudah pubertas. Perlakuan Park pun semakin tak masuk akal menurutnya. Setelah membaca banyak buku dia telah mengetahui bahwa selama ini dia sudah digunakan Park untuk melampiaskan nafsunya. Pria itu selalu menyebut nama ibunya saat klimaks.

Sekarang dia mengerti kenapa pria itu selalu menyebut nama Ibunya karena wajahnya yang begitu mirip. Jennie selama hidupnya memendam rasa kebencian. Dia melampiaskan rasa bencinya kepada Jimin yang tergila-gila kepadanya.

Semakin Jennie bertumbuh, maka keinginan Park untuk menyentuhnya pun semakin besar. Hal itu membuat istrinya curiga. Dia menduga suaminya melakukan perselingkuhan di luaran sana. Dia memutuskan untuk memata-matai suaminya.

"Jennie, kesini kamu!"

"Iya Bu!"

"Jangan panggil saya Ibu, kamu pikir saya sama seperti suami saya! Kamu itu hanya anak pungut disini, jadi panggil saya Nyonya!"

"Baik Nyonya"

"Sini kamu," ucapnya menarik Jennie ke belakang.

Nyonya Park memastikan bahwa tidak ada yang orang selain mereka. "Apa bisa saya percaya kamu?"

Jenlisa (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang