"Aku dengar dari Jimin kamu mencari pekerjaan?"
Lisa mengangguk. "Aku sudah berusaha selama ini namun nihil. Satu-satunya harapanku adalah disini. Aku harap ada nasib baik kali ini," ucap Lisa berharap.
"Pekerjaan seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Suga.
"Pekerjaan apa saja akan aku lakukan asalkan itu halal"
Suga tersenyum manis. Pria dingin itu memutar-mutar rubik di tangannya. "Bagaimana jika jadi sekretarisku?"
Lisa menggeleng. "Jabatan itu terlalu bagus untukku, nanti kamu akan mengalami kerugian jika aku yang menjadi sekretarismu"
"Kenapa?" Alis Suga naik sebelah.
"Itu bukan keahlianku, aku lebih suka pekerjaan lapangan dibandingkan di kantor. Memegang buku dan menulis bukanlah passionku"
Suga terlihat berfikir dan menatap Lisa. "Lalu pekerjaan apa yang sebenarnya kamu inginkan?"
"Sebelumnya aku bekerja sebagai kuli bangunan, membantu toko Jimin, setelah itu aku menjadi supir pribadi...lalu-" Lisa terdiam ketika mengingat dirinya pernah jadi pemuas nafsu.
"Lalu?"
"Haaanya itu saja pengalamanku selama ini," ucapnya tertawa canggung karena tak mungkin menceritakan aibnya kepada Suga. Bisa-bisa pria itu ilfeel padanya dan tak jadi mempekerjakannya.
"Well, aku sedang tidak menerima supir pribadi sekarang, karena aku sudah punya dua" Suga memangku dagunya dengan sebelah tangan, "Hmmm, bagaimana jika kamu jadi bodyguardku saja?"
"Bodyguard, apa itu diperlukan?"
"Tentu, aku kadang melakukan pertemuan dengan orang-orang mafia yang ingin menghancurkan perusahaanku. Jadi Jika kamu ikut bersamaku, aku rasa aku akan aman, bagaimana?" tanya Suga.
Suga menunggu Lisa yang terlihat berfikir. Tidak sampai lima menit Lisa sudah memutuskan. "Baiklah aku bersedia!" Lisa mengulurkan tangannya. "Terima kasih sudah membantuku," ucapnya dengan tulus.
Suga dengan senang hati menyambut uluran itu dan menjabat tangan Lisa. "Sama-sama Lisa. Lain kali kalo perlu apa-apa, tinggal bilang saja padaku. Aku pasti akan membantumu"
Lisa segera berdiri dan membungkuk untuk pamit pulang. Dia sudah tidak sabar ingin memberitahukan ini kepada Jennie. Gadis itu pasti ikut senang karena dia sudah mendapatkan pekerjaan. Selama beberapa hari ini Jennie selalu menemaninya dan memilih mengabaikan Jiso. Hal itu sudah membuktikan bahwa Jennie benar-benar tulus mencintainya.
***
Jennie terdiam saat melihat Jiso sudah berdiri di hadapannya. "Apa kamu tidak ada niatan untuk pulang?"
Jennie pura-pura tuli dengan ucapan Jiso. Dia tetap melanjutkan kegiatannya untuk membersihkan motornya. Jiso mengambil selang dan menghidupkan kerannya dan membantu Jennie untuk mencuci motornya. Jennie membiarkan saja tanpa mengucapkan sepatah kata.
Setelah semuanya beres Jennie segara pergi masuk namun dicegah oleh Jiso. "Jen aku minta maaf," ucapnya lembut.
"Setelah tiga hari baru kamu datang untuk menjemputku, apa butuh waktu selama itu untuk kamu sadar bahwa kamu punya kekasih? Kamu begitu lama membiarkanku disini!"
"Tapi kan ada Lisa disini. Dia pasti membuat kamu tenang dan aku juga gamau kalo menyelesaikan masalah dengan keadaan yang sama-sama emosi"
"Ga usah bawa-bawa Lisa di hubungan kita" Jennie marah.
"Oke, aku minta maaf. Sekarang kita pulang ya," bujuk Jiso karena dia tau bahwa Jennie jika semakin dipaksa maka semakin keras jadi butuh hati yang sabar untuk membujuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa (SELESAI ✔️)
FanfictionMenceritakan tentang pengorbanan seorang Lisa kepada pacarnya. Dia melakukan segalanya demi membuat Jennie Kim bahagia di sampingnya. Namun siapa sangka, gadis itu membawa petaka bagi dirinya. Semua orang yang Lisa sayangi satu persatu lenyap dari b...