Manipulation

318 28 4
                                    

"Jen ada apa? Kenapa kamu menangis? Dimana Jiso? Apa dia menyakitimu?" Lisa bingung melihat Jennie yang tiba-tiba muncul di depan rumahnya. Awalnya dia mengira itu hantu tapi ternyata Jennie yang menangis.

"Aku cuma butuh pelukan. Peluk aku Lisa," ucapnya sesenggukan.

Lisa memeluk Jennie. Dia tidak ingin bertanya lagi karena melihat Jennie yang sangat sedih. Dia segera membawa Jennie masuk ke dalam kamarnya dan menyuruh Jennie untuk duduk di kasurnya.

Lisa segera ke dapur untuk mengambilkan Jennie minuman. "Jen, ayo minum dulu"

Jennie menerima gelas itu dan meminum air putih hingga habis. "Apa kamu sudah makan?" tanya Lisa.

Jennie menggeleng. "Jiso mengusirku dari rumahnya, katanya aku beban" Jennie mengusap kembali air matanya dan segera masuk ke pelukan Lisa.

"Aku nginap disini bisa kan?" tanyanya. Lisa hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia juga tidak ingin Jennie kembali ke rumah Jiso dengan keadaan yang seperti ini.

Lisa membawa Jennie untuk tidur di kasurnya. Menepuk-nepuk punggung Jennie agar gadis itu terlihat nyaman. Setelah Jennie tertidur dia segera pergi keluar dan mengambil kunci motor di rak tv. Dia tidak akan membiarkan Jiso hidup dengan tenang setelah memperlakukan Jennie dengan begitu.

Lisa menghidupkan motor Jennie lalu mengendarainya dan menambah kecepatannya. Dia ingin segera sampai di rumah Jiso dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah sampai di rumah Jiso dia langsung menerobos masuk tanpa memperdulikan teriakan satpam yang sedang berjaga. Dia memencet bel dan pintu dibuka oleh pembantunya, namun Lisa langsung masuk tanpa diizinkan.

"Jiso keluar kau!" Teriakan Lisa menggema di rumah Jiso.

Rose yang sedang asik bermain musik segera turun karena teriakan Lisa benar-benar keras. "Jiso, jangan jadi pengecut! Turun kau!" Lagi terdengar teriakan Lisa.

"Lisa ada apa?" Rose menuruni tangganya dan berjalan menghampiri Lisa.

"Maafkan kami nona, ini kesalahan kami" Para satpam memegang lengan Lisa untuk segera menyeretnya untuk keluar.

"Tidak usah Pak. Biarkan saja. Kembali berjaga di luar aja," ucap Rose sehingga para satpam melepaskan Lisa.

Rose menatap Lisa. "Lisa apa yang telah diperbuat oleh kakakku, sehingga kamu teriak-teriak seperti itu?"

"Dimana kakakmu, aku ingin memberinya pelajaran karena sudah membuat Jennie menangis"

"Jiso tidak ada di rumah. Dia sedang tugas ke luar kota. Jika kamu memang ingin memberinya pelajaran tunggu saja sampai dia pulang dari urusannya"

Lisa mengepalkan tangannya dan mengerang kesal. Dia segera pergi dari sana. "Tunggu Lisa! Kamu ga bisa berbuat seenaknya di rumah orang. Lain kali gunakan sopan santun mu," ucap Rose mode jutek.

Lisa membalikkan badannya. "Maafkan aku," ucapnya lalu pergi.

"Segitu cintanya kamu sama Jennie, sampai kamu ingin menghajar sahabatmu demi cintamu," ucap Rose sendu.

Dia segera pergi ke atas dan melihat kamar kakaknya yang tidak tertutup sepenuhnya. Jiso selalu melarangnya untuk masuk ke dalam kamarnya namun kali ini dia penasaran dengan kamar Jiso.

Rose menghidupkan lampunya dan melihat kamar kakaknya yang sedikit berantakan. Dia tau jika sebelumnya Jennie dan Jiso terdengar cekcok. Kamar Jiso sangat luas, dua kali lebih luas dari kamarnya. Warna cat di dinding kamarnya lebih dominan biru karena wana kesukaan Jiso adalah biru.

Rose tersenyum tipis saat melihat boneka babi pemberiannya di simpan kakaknya dengan baik. Ini adalah kado ulang tahun Jiso sewaktu mereka masih sekolah dulu. Dia menyentuh boneka babi itu namun ternyata boneka itu bergerak ke samping.

Jenlisa (SELESAI ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang