Sebuah meja makan tampak penuh dengan berbagai makanan. Pelayan-pelayan di rumah itu sudah berdiri di samping meja makan sembari menunggu majikannya bangun untuk menyicip makanan yang sudah mereka siapkan sedari tadi. Seorang pria dengan setelan pakaian kantornya datang dan menarik kursi utama untuk di dudukinya.
"Kalian boleh pergi!" perintahnya dengan tegas. Semua para pelayan segera memundurkan dirinya dari hadapan pria itu.
Jennie yang baru selesai keramas segera bergabung ke meja itu dan duduk sembari berpangku tangan. "Kukira kau sudah lupa punya suami," ucap pria itu menyendokkan nasinya ke dalam piringnya.
Jennie mengabaikan pria itu dan mulai mengambil selai kacang untuk rotinya. Dia mengoleskan selai itu tanpa memperhatikan jika pria di hadapannya sudah amat muak dengan tingkahnya. "Apa kau tidak tau malu dengan tingkahmu itu?"
"Aku punya baju, jadi buat apa aku malu?" Jennie memakan rotinya dan melihat ada susu. "Oh, ada susu coklat rupanya," ucapnya dan menuangkannya ke dalam gelas. Jennie meminum susu itu dengan penuh nikmat. Dia tersenyum karena rasanya benar-benar favorit Jennie.
"Jimin pasti sudah gila telah memperistri orang seperti kau, apa yang dia lihat dari wanita jalang sepertimu," dumel pria itu membuat Jennie mengepalkan tangannya.
Dia hendak beranjak pergi, namun harus tertahan saat melihat Jimin datang untuk bergabung. "Kak Suga, kau disini juga?"
"Aku datang kesini untuk menjemputmu, aku tidak bisa lagi menangani perusahaan. Kau harus membantuku!"
Jimin melihat ke arah Jennie dan menatap kakaknya dengan tak enak hati. "Aku ga bisa kak, aku-"
"Aku tidak menerima pembantahan, sampai kapan kau akan tunduk di bawahnya? Aku rasa keputusan ibu sudah salah menjodohkanmu dengan wanita seperti dia"
"Cukup kak, jangan membahasnya lagi. Dia istriku dan aku menghargai dia dan juga keinginannya," ucap Jimin membuat Suga marah.
"Aku ini kakakmu! Apa kau tau? Selama ini aku sudah menahan sabar karena keputusan tololmu itu! Jika kau tidak mau bergabung, sekarang juga kau dihapuskan dari daftar ahli waris"
"Tidak, jangan lakukan itu" Jennie menyela. "Aku dan adik kesayanganmu itu akan segera cerai, jadi tidak ada lagi alasannya untuk menuruti keinginanku, apalagi sampai membuatnya membantah dari kakaknya"
"Kau dengar itu?" tanya Suga. "Dia bahkan tidak pernah menganggapmu sebagai suami"
"Kak, aku-"
"Aku tunggu di perusahaan, aku harap kau membuat keputusan bijak kali ini" Suga pun meraih jasnya dan pergi meninggalkan Jimin dan juga Jennie.
Jimin melihat Jennie yang enggan untuk menatapnya, dia mendekat dan berlutut di hadapan Jennie. "Apa kamu tetap kukuh untuk bercerai?" Suara Jimin terdengar pilu dan tidak sanggup untuk menatap Jennie.
"Maafkan aku Jimin, tapi sedari awal kamu sudah tau bahwa pernikahan kita hanyalah sebuah kesepakatan. Aku juga tidak Sudi menikah denganmu dan kamu tau aku tidak bisa menyukaimu," ujar Jennie semakin menyayat hatinya Jimin.
Semua perkataan Jennie adalah benar. Pernikahan mereka hanyalah sebuah kesepakatan karena paksaan dari orang ibu Jimin karena hutang budi. Jimin sudah menyukai Jennie semenjak Jennie datang ke rumah mereka. Dia selalu memperlakukan Jennie dengan baik agar gadis itu nyaman tinggal di rumah mereka namun semua perlakuannya tak lantas membuat Jennie suka kepadanya. Gadis itu tetap dingin dan tidak pernah menganggapnya ada.
"Kita coba sekali lagi Jen. Aku akan berusaha untuk membuat kamu cinta samaku, bahkan aku tidak masalah jika kamu masih bersama dengan kekasihmu," ujarnya putus asa semakin membuat Jennie muak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenlisa (SELESAI ✔️)
FanfictionMenceritakan tentang pengorbanan seorang Lisa kepada pacarnya. Dia melakukan segalanya demi membuat Jennie Kim bahagia di sampingnya. Namun siapa sangka, gadis itu membawa petaka bagi dirinya. Semua orang yang Lisa sayangi satu persatu lenyap dari b...