12.

3K 234 8
                                    

"Araby, hari ini saya pulang telat ya." Ucapku pada Araby yang saat ini sedang sarapan di depanku.

"Hmm." Araby hanya ber-demem sambil tetap memakan makanannya.










"Yesss." Ucapku setelah menutup telfon dari klien yang seharusnya melakukan pertemuan denganku malam ini.

Klien ku tidak bisa datang hari ini karena ada acara penting mendadak. Yang artinya aku tidak perlu pulang larut hari ini.

Aku sangat senang karena hari ini adalah anniversary pernikahanku dan Araby yang pertama. Saat mengetahui aku harus pulang larut hari ini, aku sangat merasa bersalah. Tapi karena dibatalkan, aku malah sangat berterimakasih pada klienku.

"Aku beli sesuatu dulu deh sebelum pulang." Ucapku bersemangat lalu langsung bergegas untuk pergi dari kantor.












Ku parkiran Lexus silver kesayangan ku di salah satu parkiran mall yang ada di tengah-tengah kota.

Aku memutuskan untuk membeli perhiasan untuk ku berikan kepada Araby.

Ketika telah sampai di toko perhiasan, aku memutuskan untuk membeli kalung yang sangat cantik yang di pajang dengan indah.

"Kalungnya cantik, apalagi kalau Araby yang make. Pasti tambah cantik." Ucapku kegirangan sambil berjalan menuju parkiran.













Saat di perjalanan pulang, aku mampir sebentar ke toko bunga untuk membeli bunga yang akan ku berikan kepada Araby.

Saat memasuki toko bunga, mataku langsung tertuju pada bunga yang ada di ujung ruangan.

"Bunga tulip, Araby sangat suka bunga tulip." Ucapku pada diriku sendiri lalu segera bergerak menuju bunga tersebut.

Aku tersenyum senang saat sudah memegang bunga tulip tersebut lalu langsung menuju kasir untuk membayar.

"Mbak, saya beli yang ini ya." Ucapku pada mbak-mbak kasir.

"Eh, maaf kak. Yang ini udah di pesan orang. Makanya tadi sudah saya letakkan di pinggir."

"Aduhh, mbak. Gaada yang lain lagi? Saya butuh banget bunga yang ini mbak."

"Aduh kakaknya datengnya jam segini, udah pada habis."

Aku menggaruk tengkuku yang tak gatal sambil berdesis pelan.

"Huhh, yaudah deh mbak, karena kayaknya perlu banget. Gapapa ambil aja, nanti saya bilang ke orangnya bunganya rusak aja deh." Ucapnya yang sepertinya merasa kasihan melihat ekspresi ku.

Aku langsung berbinar senang dan berterima kasih kepadanya.

"Aduh mbak, makasih banget ya mbak. Ini saya bayar 3 kali lipat aja deh, gimana?"

"Gausah kak gapapa, ambil aja."

Setelah membayar, aku langsung bergegas menuju mobilku yang berada di samping jalan dengan gembira.

Sambil menyetir, aku tersenyum karena membayangkan bagaimana nanti aku akan memberikan hadiahku kepada Araby.














"Araby, aku pulang." Ucapku setelah memasuki rumah. Sengaja tidak terlalu berteriak karena kalau aku berteriak Araby akan marah padaku karena terlalu berisik.

Karena tidak ada jawaban, aku langsung masuk dan menuju ke dalam rumah.

Saat sudah ingin sampai di ruang tamu, aku mendengar suara-suara aneh.

"Anghh" "ahhhh" "ssshh" "bianhhh"

Jantungku langsung berdetak dengan cepat. Sangat cepat sampai rasanya sangat sakit.

Itu suara Araby......

Dengan cepat aku langsung menghampiri asal suara tersebut, dan langsung menemukan.

Dua orang yang sedang berbaring di atas sofa.

Araby yang sudah bertelanjang dada dan di atasnya, pacarnya Bian yang sedang menciumi sekitar atas dadanya.

Melihat kedatanganku mereka kaget dan langsung membenarkan posisi mereka. Araby langsung memakai pakaiannya.

"Araby...." Ucapku pelan. Sialan, air mataku tidak bisa di tahan. Mereka keluar dengan sendirinya.

"K-katanya lo pulang telat?" Ucap Araby dengan agak canggung.

Sedangkan Bian hanya memperhatikan interaksi kami berdua dengan senyum miris.

Aku hanya menggeleng pelan sambil agak menunduk tidak ingin melihat wajah mereka berdua. Ku gigit bibir bawahku erat guna menahan tangisanku yang akan segera meledak.

Ku letakkan bunga yang tadi kubeli di atas meja, lalu langsung pergi meninggalkan mereka berdua menuju kamarku.

Ku dudukan diriku di sisi kasur, ku keluarkan kalung yang tadi aku beli dari dalam saku jas ku lalu menatapnya dengan sangat sedih.

Tanpa ku sadari, lama kelamaan air mataku semakin deras keluar.

Aku menangis sangat lama sambil menggenggam kotak merah kecil yang berisi kalung itu dengan erat.

Aku sangat miris mengingat bagaimana aku sangat senang dan bahagia membayangkan apa yang akan terjadi ketika aku memberikan hadiahku kepada Araby.

"Konyol." Ucapku lemah lalu membaringkan tubuhku meringkuk dan akhirnya menutup mataku yang sudah sangat lelah.






















Thank you.




don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang