10.

3.2K 232 8
                                    

Ku parkirkan mobilku di depan rumah saat melihat mobil BMW putih yang akhir-akhir ini sering ku lihat terparkir rapih di garasi mobil.

Dengan perasaan yang campur aduk, aku langsung masuk ke dalam rumah dan menemukan Araby sedang ber-mesraan dengan seorang pria yang sudah bisa di pastikan adalah Bian. Pacarnya.

Saat mereka melihat kedatanganku, Bian agak terkejut dan melepas cumbuan mereka lalu menatapku sambil menyapa.

Sedangkan Araby, ia terlihat tidak senang dengan perlakuan Bian barusan.










Aku sangat kepedasan dengan makanan yang Araby buat. Aku sedari tadi sudah ter batuk-batuk dan mata ku pun telah mengeluarkan air. Keringat membanjiri dahiku, ini sangat pedas. Tetapi karena aku kepalang senang karena ini pertama kalinya Araby memasak makanan. Aku akan menghabisi nya walau aku akan tersiksa karena sakit perut.

Sama dengan ku, di depanku menyantap hidangan yang Araby buat, Bian pacar Araby juga terlihat sangat kepedasan. Ya, ternyata hari ini Araby memasak karena ia memang berniat mengundang sang kekasih.

"Uhukk-uhukkk. Pedes banget yang, aku gakuat." Eluh Bian pada Araby yang kini sedang menyantap makanan buatannya dengan nikmat. Araby memang mempunyai tingkat toleransi kepedasan yang tidak masuk akal. Ia adalah pecinta pedas sejati, berbanding terbalik dengan ku.

Saat mendengar eluhan pacarnya, ia sangat khawatir. Ia langsung menuju kulkas dan menuangkan susu untuk Bian.

"Aduh sayang, kamu mau aku masakin yang lain aja ngga? Aku ga tega ngeliatnya. Pasta mau ya? Aku buatin sebentar." Ucap Araby sambil mengusap peluh yang ada pada wajah sang kekasih.

Bian hanya mengguk saja. Araby langsung berdiri dari duduknya dan mulai memasak pasta untuk sang kekasih.

Aku yang melihat interaksi sepasang kekasih itu tentu sangat sedih. Tetapi aku hanya diam saja dan masih berusaha untuk menghabiskan makanan yang ada di depan ku.

Padahal dari tadi aku sangat yakin kalau Araby pun sudah menyadari kalau aku sangat kepedasan. Karena Araby juga sudah mengetahui fakta bahwa aku sangat tidak bisa memakan makanan pedas. Aku sangat yakin karena saat aku sedang terbatuk-batuk, Araby sekilas melirikku lalu kembali fokus ke makanan dan kekasih nya.

Aku hanya menghela nafas berat. Berharap apa aku?

Saat sedang bergelut dengan pikiran ku sendiri. Tanpa sadar Araby telah kembali dari dapur lalu bergabung duduk di samping Bian dengan se piring pasta yang barusan dibuatnya.

"Nih, kamu makan ini aja. Itu jangan dimakan, nanti sakit perut kalau dipaksain." Ucap Araby sambil menyediakan pasta buatannya untuk sang kekasih.

"Makasih sayang." Ujar Bian lalu mencium bibir Araby.

Seketika, aku langsung mengalihkan pandanganku ke bawah, dan lanjut memakan makananku.

Karena sangat kepedasan, aku sampai menambah minum 4 kali. Bukannya mau cari perhatian atau bagaimana. Tetapi ini memang sangat pedas untuk ku. Saat aku ingin menambah air minum untuk ke 5 kalinya, Bian menawariku pastanya yang belum habis.

"Va, kepedesan banget ya? Nih makan aja pastanya, gak pedes kok." Tawarnya.

Aku hanya tersenyum sebentar lalu menggeleng.

"Ih kamu ngapain sih, udah itu di abisin pastanya, kamu makin kurus tau semenjak di penjara." Ucap Araby agak kesal.

"Kalau boleh tau, Bian kenapa bisa di penjara?" Tanya ku karena sangat penasaran.

"Narkoba." Ucap Bian singkat sambil lanjut memakan pastanya.

"Kenapa lo? Kepo bngt, jangan mentang-mentang Bian mantan napi, lo jadi ngerasa di atas dia deh." Ucap Araby dengan ketus.

"Udah ah, gausah marah-marah gitu, nih.... Aaaa." Ucap Bian menenangkan lalu menyuapi Araby.











Bian sudah pulang dan sekarang aku sedang mencuci piring bekas tadi kami makan malam.

Selesai mencuci piring, aku menuju ruang keluarga untuk menghampiri Araby.

Setelah sampai, aku langsung duduk di samping Araby dengan jarak yang agak jauh karena takut Araby marah.

"Apa?" Tanyanya sinis karena terganggu denganku yang dari tadi hanya menatap nya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kamu kok ajak Bian ke rumah? Kenapa ga bilang saya dulu."

"Kenapa, gasuka? Dia pacar gue, ngapain lo ngelarang-larang."

"Saya bukannya gak suka. Tapi setidaknya kamu bilang dulu ke saya, kamu tinggal di rumah ini gak sendiri doang Araby. Apalagi saya istri kamu, kamu harus jaga perasaan saya juga." Ucapku mengeluarkan semua unek-unek yang sedari tadi ku tahan.

"Bodo amat, emang gue pikirin? Lagian juga, siapa lagi yang mau punya istri." Ucap Araby lalu langsung beranjak pergi ke kamar.
























Thank you.











Haii, maaf ya lama update nya. Kemaren Ahel sibuk guys (males). Besok pagi update lagi deh. Tapi beneran deh, kemaren emang lagi sibuk banget guyss, banyak kegiatan. Makasih ya yang masih nungguin, dadahhh.



don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang