"Araby, kamu jangan lupa minum susunya ya. aku mau jemput sepupuku dari bandara, kemungkinan pulangnya agak sore." Ucapku pada Araby yang kini sedang duduk di ruang makan sambil memakan buah.
"masa dari pagi sampe sore baru pulang?" Tanyanya keheranan.
"iya, soalnya dia udah lama di Australia, jadi mau jalan-jalan di sekitaran sini."
Araby hanya ber-dehem mendengar alasanku dan lanjut memakan buahnya sambil bermain handphone.
Aku langsung bergegas keluar dan mengendarai mobilku menuju bandara.
"Novaaaaa, i miss you so bad." Ucap wanita yang saat ini memelukku dengan sangat erat.
Dia Adaline, sepupuku yang baru saja menuntaskan studinya di Australia dan memutuskan untuk mengunjungi tanah kelahiran nenek moyangnya ini hanya untuk sekedar liburan saja.
Dulu, pada saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas, kami sempat bersekolah di sekolah yang sama. Karena dulu aku memang sempat bersekolah di salah satu international school yang ada di Australia sebelum akhirnya papah mengirimku kembali kesini untuk melanjutkan kuliahku dan bekerja serta menetap di tanah kelahirannya ini.
Walaupun jarak usia kami terpaut 2 tahun. Kami sudah cukup dekat dari dulu.
Setelah puas melepas rindu, kami memutuskan untuk langsung jalan-jalan keliling kota dan sesekali mampir ke tempat-tempat yang sekiranya bagus untuk dikunjungi.
Setelah cukup lama kami melihat-lihat keadaan kota yang cukup padat, kami pun memutuskan untuk mampir di salah satu restoran yang ada di pusat kota untuk makan siang.
"Banyak yang berubah ya sekarang, Lebih bagus. Dulu jelek banget." Ucap Ada sambil lanjut memakan makanannya.
Aku yang mendengar itu hanya bisa terkekeh.
"Anyways, how was your relationship with...... Siapa namanya?" Ucapnya menggantung.
"Araby." Jawabku.
"Ga ada perubahan. Malah kayaknya gak lama lagi kita pisah." Lanjutku sambil menghela nafas berat.
"Kok bisa. Kenapa? Kan gue udah bilang, just approached her slowly."
Aku diam sebentar sebelum menjawab pertanyaannya.
"Dia hamil." Ucapku tiba-tiba tanpa melihat wajahnya.
"WHAT???"
"Ssstttt. Jangan berisik." Ucapku dengan telunjuk yang sudah ada di depan bibirku panik.
"Wah gila. Dia main belakang?" Ucapnya menuntutku agar segera menceritakan semuanya.
"Ceritanya sambil di jalan aja. Gaenak disini. Lo berisik." Ucapku dengan tatapan jengkel ke arahnya.
Adaline tersenyum canggung sambil melihat sekeliling.
Kami pun langsung memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sambil bercerita.
Dulu pada saat awal-awal aku menikah dengan Araby, aku memang masih sering berhubungan dan bertukar kabar dengan Ada. Tetapi seiring berjalannya waktu dan kesibukan kami sehari-hari, kami jadi jarang berhubungan satu sama lain.
Ku ceritakan semuanya pada Adaline. Dia hanya bisa tercengang dan sekali-kali memotong untuk sekedar me maki-makiku lalu lanjut mendengarkan ceritaku.
"Bego. Kok lo masih mau sama dia?" Ucapnya dengan mimik muka yang terlihat sangat kesal.
"Kan udah gue bilang. Gue cinta banget sama dia. Gue masih mau nyoba. At least sampe dia lahiran. Kalau dia tetep gamau yaudah, gue gabisa maksa lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Hesitate To Hurt Me.
RomantikTidak pernah terbayangkan oleh Nova bahwa ia akan dijodohkan dengan wanita yang sangat ia kagumi disaat dirinya masih menempuh pendidikan di universitas tempatnya belajar. Araby sangat kesal, ia tidak menyangka ayahnya akan tega menjodohkan dirinya...