Araby's POV.
Setelah makan siangku dengan Bian, aku jadi kepikiran dengan kata-katanya.
Mungkin kah?
Mungkin kah Nova memang menyimpan perasaan terhadapku?
Nova memang sering kali menunjukkan sifat anehnya setiap kali aku membahas tentang kekasihku itu.
Tapi ku kira sifat itu hanya ditunjukkan nya karena ia tidak menyukai Sabian yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya terhadapku.
Tapi entahlah. Kadang, perlakuannya memang agak berlebihan kepadaku.
"Masakannya gosong tuh."
Aku langsung terperanjat kaget saat tiba-tiba ada suara yang menginterupsi lamunanku.
Aku langsung melihat kearah ayam yang ku goreng.
Oh tidak. Benar saja, ayam yang sedang ku goreng sudah menunjukkan warna kehitaman yang berarti sudah terlalu lama mereka berenang dalam minyak panas itu.
"Duh, gimana nih. Mana ayam yang di kulkas udah habis lagi." Ucapku seraya mematikan kompor dengan panik.
Nova terkekeh melihatku panik.
"Lagian ngelamun, pilih aja yang gak terlalu gosong." Ucapnya sambil membantuku memilih ayam yang sekiranya masih layak untuk dimakan.
"Duh aku buru-buru." Ucapku lalu langsung pergi ke kamarku untuk bersiap-siap mengantarkan bekal untuk Bian.
Aku turun dan langsung pergi menuju dapur untuk menyiapkan makanan yang tadi sudah ku masak.
Saat sampai di dapur, aku melihat Nova yang sedang memakan ayam yang tadi ku goreng gosong.
"Duh, kok kamu makan sih. Nanti kamu beli aja, yang ini jangan di makan." Komentarku melihatnya memakan ayam itu bersama nasi dengan nikmat.
"Gapapa kok, ini masih bisa di makan. Bagian gosongnya aku pisahin. Sayang kalau dibuang." Ucapnya dengan mulut yang masih penuh sambil tersenyum.
Aku tersenyum melihat senyumnya. Nova memiliki senyum yang sangat manis.
Inilah yang sangat ku sukai dari Nova, dia sangat menghargai masakanku.
"Yaudah, kamu kalau masih laper beli aja ya. Aku mau keluar dulu." Ucapku sambil menata makanan ke dalam kotak bekal.
Ia hanya mengangguk acuh lalu melanjutkan makannya.
Hari ini, Nova memang sedang mengambil cuti karena papah ingin pergi ke suatu tempat dan ingin anaknya itu untuk menemaninya.
Tok tok tok
Ku ketuk pintu ruangan di depanku beberapa kali.
Cklekk.
Aku tersenyum hangat setelah melihat wajah lelaki tampan yang tengah membukakan ku pintu.
"Hi." Sapanya dan langsung membawaku masuk ke dalam ruangan.
Setelah menutup pintu, Bian langsung menciumi seluruh wajahku.
Aku terkekeh geli dibuatnya.
"Udah ah. Aku cape, mau duduk." Ucapku cemberut sambil mengusap perut besarku.
Ia tersenyum dan langsung mempersilahkanku untuk duduk.
"Kamu hari ini masak apa?" Tanyanya yang sudah duduk disebelahku.
Aku akhir-akhir ini memang rutin membawakan Bian bekal makan siang.
"Aku bawa ayam goreng, tapi agak gosong." Ucapku sambil melengkungkan bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
don't hesitate to hurt me.
RomanceTidak pernah terbayangkan oleh Nova bahwa ia akan dijodohkan dengan wanita yang sangat ia kagumi disaat dirinya masih menempuh pendidikan di universitas tempatnya belajar. Araby sangat kesal, ia tidak menyangka ayahnya akan tega menjodohkan dirinya...