32.

3.4K 374 56
                                    

Araby memijat kepalanya pening. Orang tua dan pacarnya seolah menekannya untuk keluar dan berbicara.

Seolah sedang di teror, ia mematikan handphonenya agar tidak ada seorang-pun bisa menghubunginya.







Sudah waktunya untuk tidur, Araby langsung berjalan menuju kamarnya dan dengan segera menyalakan handphone nya yang sedari tadi ia matikan.

"Nova angkat dong...." Gumamnya sambil terus memencet tombol telepon di aplikasi hijau.

Setelah puluhan panggilan tidak terangkat, akhirnya pada panggilan yang ke tidak tahu berapa, tulisan ringing di atas berubah menjadi angka yang menunjukkan waktu panggilan.

'akhirnya' Araby menghela nafas lega.

"Halo, kenapa?" Ucap suara di seberang sana.

"Halo Nova, kamu lagi apa?"

"Mau tidur." Jawab dari seberang.

"Oh...." Jawab Araby mengerti, sambil memikirkan apa lagi yang akan ia bicarakan.

"Nova udah makan?" Tanyanya lagi,, berusaha membangun percakapan.

"Udah." Jawabnya singkat.

Araby mulai merebahkan badannya perlahan sebelum kembali berbicara.

"Nova, kamu gak bisa ke sini sebentar ya? Baby nya kangen." Tanya Araby pelan, sambil mengelus perutnya halus.

Seolah ikut merasakan hangatnya interaksi meraka, bayi di perutnya kadang membuat gerakan.

Ini yang Araby sukai, sepertinya suara Nova menjadi yang paling favorit bagi manusia lain di dalam perutnya itu.

Hanya terdengar helaan nafas dari seberang sana.

"Aku juga." Entah apa yang ia pikirkan, Araby tiba-tiba melanjutkan perkataannya yang tadi.

"K-kayaknya gak bisa. Di sini sibuk banget." Mungkin kaget, tetapi Nova langsung berusaha menetralkan suaranya kembali.

"Aku kesepian, gaada Nova. Gaada yang temenin aku." Terdengar sangat memelas, tapi itulah kenyataannya. Araby sangat kesepian di sini.

"Iya, nanti aku bilang sama ayah biar sering-sering main." Jawab Nova berusaha mencari solusi.

"Kamu minta Bian ke rumah aja, gapapa." Tidak ada nada yang menyebalkan di dalam kata-kata Nova barusan. Tetapi Araby tetap jengkel mendengarnya, entah karena apa.

Araby menghela nafasnya. "Gausah, aku kan mau ditemenin sama Nova."

Tidak ada jawaban, sepertinya ia sangat bingung dengan percakapan ini.

"Araby, aku tutup dulu ya."

Oh tidak, kata-kata yang sangat Araby benci akhirnya keluar.

"Iya...." Jawabnya dengan berat hati.

Setelah itu, tidak ada percakapan kembali. Telepon yang tadi tersambung langsung ditutup dari seberang sana.

Araby meringkuk di dalam selimutnya, mengelus perut buncitnya dan mulai memberikan kata-kata penguat untuk dirinya serta buah hati yang sebentar lagi akan lahir.













Pagi-pagi sekali, Araby sudah menyiapkan berbagai menu makanan untuk tamunya yang akan datang nanti.

Araby menyolek sedikit bumbu merah yang ada di wajan depannya, ia mengernyit dan dengan segera menambahkan kaldu bubuk yang menurutnya kurang di dalan masakannya itu.





Ia barkecak pinggang dan tersenyum senang setelah melihat berbagai menu yang sudah ia siapkan di atas meja.

Setelah beres dengan urusan dapur, Araby langsung berjalan ke kamarnya untuk membersihkan diri.










don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang