7.

4.9K 353 2
                                    

"Kantor gimana Nova, aman?" Tanya ayah saat kami semua telah selesai makan malam.

"Aman yah, gaada masalah." Ucapku pada ayah yang sekarang hanya menggukkan kepalanya.

Memang tidak ada masalah, karena walaupun aku ada masalah di kantor, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Karena pemilik kantor tempatku bekerja adalah papahku.

Walaupun demikian, aku tidak akan seenaknya menggunakan nama papah di kantor. Bahkan aku tidak pernah memberi tahu orang-orang bahwa perusahaan tempat mereka bekerja adalah milik keluargaku. Hanya orang-orang yang telah lama mengabdi di kantor saja yang mengetahui siapa aku.

"Bagus deh kalau gitu, kamu jangan terlalu keras kerjanya. Istirahat yang banyak" ucap bunda.

"Iya bun, tenang aja. Aku santai kok kerjanya." Ucapku pada bunda.




Setelah makan malam selesai, aku langsung menuju kamar untuk bersiap-siap ingin segera tidur, aku menginap di rumah ayah karena besok masih hari Minggu.

Saat sudah siap untuk tidur, aku merasa tenggorokan ku sangat kering. Aku memutuskan untuk pergi ke dapur untuk meminum air.

Saat sedang minum, aku mendengar suara ayah dan Araby sedang berbicara di kursi kebun belakang rumah.

"Tadi pagi, dia sudah keluar dari penjara." Ucap ayah. Aku menghentikan langkahku yang ingin menuju mereka, ku kerutkan alis bingung.

Mata Araby langsung berbinar, ia menengok ke arah ayah dengan sekali hentak. "Ayah serius?" Tanyanya dengan suara haru yang aku yakin saat ini ia sedang menahan tangisnya.

Apa yang mereka bicarakan? siapa yang keluar dari penjara? Mengapa di penjara? Batinku terus bertanya-tanya.

Saat ini aku sedang berdiri di belakang dinding yang agak jauh dari mereka. Aku ingin mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan.

"Ayah sudah memenuhi janji ayah, ayah harap kamu akan berhenti berhubungan dengan laki-laki itu. Kamu sudah menikah, hargai istrimu, dan jauhi dia." Ucap ayah dengan tegas.

Araby hanya memalingkan wajahnya dan menunduk menatap tanah.

Aku baru ingat, saat pertemuan pertama kami, ayah dan Araby sempat berbicara tentang kesepakatan.

Mungkin, inilah kesepakatan yang mereka maksud.




Ku duduk kan diriku di atas kasur. Aku baru teringat tentang perkataan Araby tentang dirinya yang memiliki seorang kekasih. Apakah pria itu pria yang sama dengan yang ku lihat saat kami masih kuliah?

Saat aku sedang bergelut dengan pikiranku sendiri.

Cklekk.

Gagang pintu berbunyi dan nampaklah seseorang yang masuk kedalam kamar, itu adalah Araby.

Kami memang tidur satu kamar, dikarenakan ayah akan memarahi kami habis-habisan jika kami ketahuan tidur terpisah.

"Apa lo liat-liat?" Tanya nya dengan nada sinis, karena dari tadi saat dia masuk sampai sekarang aku menatapnya tanpa henti.

Aku pun hanya mengalihkan pandanganku ke arah lain.

Dia lalu naik ke atas kasur lalu meletakkan sebuah guling di antara kita.

"Ini batas antara kita, awas aja kalau sampe lo berani ngelewatin." Ucap Araby dengan sangat sinis.

Huhhh dia memang selalu sangat galak. Batinku menggerutu.

Berbeda dengan batinku yang menggerutu tidak jelas, yang bisa ku lakukan saat ini hanya mengangguk pasrah lalu ikut berbaring di sampingnya.





Pagi harinya.

"AAAAAAAAA!!! NOVAAAAA KURANG AJAR BANGET LO" Ucap araby berteriak sampai aku terbangun dengan sangat kaget.

Tidak hanya itu, ia juga memukul dan menendangi ku. Aku yang kaget sekaligus kesakitan terheran. Ada apa ini? Mengapa masih pagi sudah se-ramai ini.

Saat aku membuka mataku perlahan. "O-ow...." Ucapku pelan.
















Thank you.

Don't Hesitate To Hurt Me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang