27.

3.2K 376 41
                                    

Waktu berjalan begitu cepat.

Ceritanya, orang-orangnya, bahkan sejarahnya telah berubah seiring berjalannya waktu.

Entah apa saja yang ku lakukan di waktu yang tidak pernah berhenti itu.

Semuanya tetap sama. Orang-orangnya, ceritanya dan segalanya.

Kini, aku sedang duduk di salah satu bangku yang ada di dalam club malam yang penuh dengan macam-macam orang di dalamnya.

Dengan perasaan depresi, aku terus meneguk gelas berisi minuman keras yang terus-menerus diisi kembali oleh orang di sampingku.

"Ikut pusing gue mikirin lo berdua. Si Araby goblok elo nya apalagi." Ucap Ada yang daritadi mendengarkanku bercerita sambil kembali menuangkan minuman di tangannya untuk kembali ku teguk.

Kepalaku sudah mulai pusing dan mataku pun sudah berkunang-kunang. Aku hanya bisa memandang kosong lurus ke depan sambil meneguk minuman yang kembali terisi di gelasku.

"Gue harus gimana lagi." Ucapku lemas.

"Lepasin dia. Dikasih apaan sih lo sampe bego gini."

Ada meletakkan botol yang telah kosong itu di meja sebelum melanjutkan perkataannya.

"Lo ga pantes dapet perlakuan kayak gitu. Dan dia ga pantes dapet perlakuan dari lo." Ucapnya tegas.

Aku menoleh kearahnya sebelum kesadaranku menghilang sepenuhnya.





















Ku perjapkan mataku pelan.

Aku langsung memijat pelipisku saat rasa sakit tiba-tiba menyerang.

Aku meringis sebentar lalu dengan perlahan bangkit untuk duduk sambil mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam, tetapi ingatanku hanya sebatas obrolanku dengan Ada dan aku tidak ingat apa-apa lagi.

Ku lihat sekelilingku. Aku sudah ada di dalam kamarku.









Ku turuni tangga dengan perlahan sambil memegangi kepalaku yang masih cukup pusing.

Setelah sampai dapur, aku langsung meminum air putih.

"Sakit ga kepalanya?" Tanya seseorang yang baru saja datang.

Aku hanya mengangguk lemas kearahnya.

Dia terkekeh dan segera menyuruhku untuk duduk dan mulai membuatkanku sesuatu.

Aku hanya menurut duduk dan menunduk menenggelamkan kepalaku di antara kedua lenganku.

"Nih." Ucap Araby meletakkan sesuatu di hadapanku sambil mengusap kepalaku pelan.

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat gelas yang berisi minuman yang masih panas itu.

Aku tersenyum kearahnya lalu segera mengambil gelas yang ternyata berisi air jahe itu.

"Pelan-pelan, masih panas." Ucapnya lalu bergabung denganku duduk di meja makan.

Ku minum air jahe tersebut dengan perlahan. Perut dan pikiranku langsung hangat dibuatnya.

"Tadi malam kamu mabok banget, untung Ada ga ikutan mabok."

"Tumben banget kamu, lagi ada masalah?" Lanjutnya lagi bertanya.

Aku menoleh kearahnya sebentar lalu menggeleng.

Bisa-bisanya dia masih bertanya padahal dia yang membuatku seperti ini.






Untungnya hari ini masih weekend. Jadi aku bisa menghabiskan waktuku di rumah.

Mataku terus memperhatikan televisi di depanku, tetapi pikiranku melayang ke tempat lain.

Aku sadar dari lamunanku saat merasakan ada pergerakan di sampingku.

"Nonton apaan tuh." Tanya Araby saat sudah mendudukkan tubuhnya di sofa sampingku berada.

"Gatau." Jawabku jujur sambil kembali mengalihkan pandanganku kearah TV kembali.

"Aneh, padahal daritadi kamu nontonin." Ucap Araby kembali dengan nada kesal.

Aku hanya tersenyum kecil lalu mengalihkan pandanganku kepadanya.

Aku mengerutkan keningku saat menyadari penampilan Araby yang sudah rapih.

"Rapih banget. Mau pergi?" Tanyaku akhirnya.

Araby langsung tersenyum dan menjawab. "Iya, Bian ngajakin makan siang bareng."

Aku mengalihkan pandanganku kembali ke arah TV.

"Ohh." Jawabku berusaha tidak peduli.

"Aku udah masak buat kamu kok. Apa kamu mau ikut kita?" Ucap Araby lagi.

"Gausah." Jawabku datar sambil bangkit berdiri dan meninggalkannya menuju kamar.











Author's POV.






"Kamu kenapa sih melamun terus dari tadi?" Tanya sabian, sang lelaki tampan dan gagah kepada wanita cantik yang sedang mengandung anaknya itu.

"Aku gaenak sama Nova. Tadi sebelum kita berangkat, dia kayaknya marah deh sama aku." Jelas Araby sambil mengaduk makanannya tak selera.

"Ngapain sih kamu mikirin dia. Lagian marah karena apa coba."

"Gatau, dia akhir-akhir ini emang kadang suka tiba-tiba berubah mood gitu."

"Ck, lebay banget."

"Kamu jangan gitu. Dia yang selama ini nemenin aku selama kamu gaada." Peringat wanita itu sambil menatap sang pria dengan tajam.

Bian lalu meringis kecil sambil sesekali meminta maaf kepada sang kekasih.

"Tapi kamu hati-hati loh sama dia."

Araby yang sedang menyuap makanannya mengerutkan alis bingung.

"Hati-hati kenapa?" Tanyanya saat sudah menelan makanan di dalam mulutnya.

"Dari cerita kamu sih, cara dia nge-treat kamu kaya orang suka."

"Emang? Kayaknya enggak deh. Dia cuma mau ngehibur aku aja kali." Ucap Araby lalu berfikir sejenak.

"Dia ga pernah tuh ngelarang aku deket sama siapa-siapa. Bahkan dia gapapa tuh pas tau kita mau nikah." Lanjut Araby.

"Ya kita kan ga pernah tau isi hati orang. Pokoknya kamu harus tetep hati-hati sama dia. Kalau bisa jauh-jauh!"

"Gabisa gitu Bian. Dia yang selama ini ngurusin aku. Ga tau diri banget kalau aku malah bersikap ga baik sama dia." Dengan lembut, Araby menjelaskan alasannya itu, berharap sang kekasih akan mengerti.

"Oke." Ucap Sabian mengangguk pelan dan menggenggam tangan lembut wanita di hadapannya.
















Thank you.



















Adik-adik jangan lupa vote yang banyak yaaa, biar ahel semangat update chapter selanjutnyaaaa 😍😍👎💞💞😏😏😢😢☝️☝️☝️














































Chapter selanjutnya Nova sama Araby ciuman 😘







don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang