26.

2.3K 261 11
                                    

Araby's POV.



Senyumku tidak pernah luntur dari wajahku sejak pulang dari cafe tadi.

Aku sangat senang. Orang yang sejak dulu aku tunggu-tunggu, akhirnya kembali.


Ku letakkan makanan yang telah ku panaskan.

"Nih makan." Ucapku kepada Melani yang tadi memutuskan untuk mampir setelah mengantarkanku.

"Lo ga makan?" Tanya Melani sambil mengambil nasi serta lauk yang masih panas.

"Gue tunggu Nova aja. Tumben dia jam segini belum pulang. Mana hujannya deres banget lagi." Jawabku khawatir sambil melihat jam yang kini sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

Melani memandangku dengan tatapan anehnya.

"Apaan sih?" Tanyaku heran dengan raut wajahnya yang seperti ingin mengatakan sesuatu.

"..... Engga." Ucapnya lalu memakan makanannya.



Tidak lama kemudian, deru mobil terdengar dari luar rumah.

"Nah, itu Nova." Ucapku sambil menunggu dengan antusias.

Senyumku semakin lebar. Aku tidak sabar untuk memberitahunya berita bahagia ini.





Author's POV.




Nova yang masih basah kuyup keluar dari mobilnya.

Ia menggigil, sangat dingin dan kaku. Seluruh tubuhnya sudah seperti mati rasa.

Ia menutup mobilnya dan berjalan gontai memasuki rumah.




"Nova kamu kok pulang telat gak bi-" Araby langsung terlihat panik setelah melihat keadaan Nova yang terlihat sangat mengenaskan.

Ia segera mengambil handuk dan memberikannya kepada Nova dan menyuruhnya untuk langsung segera membasuh tubuhnya.





"Kamu ngapain hujan-hujanan? Kamu kan naik mobil." Ucap Araby sambil meletakkan coklat hangat untuk Nova.

Nova langsung meminum coklat hangat itu tanpa menjawab pertanyaan dari Araby.




Setelah dirasa situasi sudah kembali santai, Araby kembali membuka pembicaraan.

"Nova, tadi aku udah ketemu Bian." Ucapnya dengan senyuman yang telah muncul kembali di wajahnya.

Nova menghela nafas berat sambil meletakkan cangkirnya.

"Em.... Guys, gue balik aja ya." Ucap Melani yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi pasangan yang ada di hadapannya

"Loh, ga nunggu hujannya reda aja?" Tanya Araby yang melihat di luar hujan masih juga belum berhenti.

"Kayaknya hujannya awet deh, nanti jadi nginep lagi gue."

"Yaudah. Hati-hati ya."

Selesai berpamitan, Melani langsung pergi meninggalkan pasangan itu.

Entahlah, dia tidak sanggup mendengar pembicaraan kedua orang itu.




"Nova....." Panggil Araby meminta perhatian.

Nova hanya berdehem dengan tatapan yang masih saja kosong.

Dia belum siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kata Bian, kemarin dia lagi mengurus kepergian orang tuanya di Hongkong. Orang tuanya meninggal kecelakaan."

"Dia stress banget pas tau itu. Apalagi pas dia denger kalau aku hamil." Lanjutnya lalu kembali menjeda perkataannya sebentar

"Dia gatau harus ngapain. Dia butuh waktu buat mikir." Ucap Araby lalu sedikit memutar badannya kearah Nova di sampingnya yang hanya diam tidak berkata apapun.

"Sekarang, dia udah siap untuk bertanggung jawab sama aku dan anak kita." Ucap Araby tersenyum sambil mengelus perutnya yang sudah besar.

Nova menoleh kearahnya.

"Terus, rencana kalian selanjutnya apa?" Dengan suara yang sedikit bergetar, Nova akhirnya membuka suara.

Araby tersenyum mendengar pertanyaan itu.

"Aku dan Bian akan menikah. Secepatnya, Bian bakal ngomong sama ayah dan bunda." Ucapnya dengan wajah yang tidak bisa ditutupi lagi kebahagiaannya.

Matanya kembali panas. Ia menatap Araby yang saat ini terlihat seperti baru saja ditimpa kebahagiaan yang sangat besar.

Merasa sudah cukup. Nova langsung pamit dan berbalik menuju kamarnya.

Di dalam kamar. Ia menangis dan menumpahkan seluruh air mata yang dari tadi sudah sangat penuh.









Thank you.











don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang