34.

3.3K 409 52
                                    

Araby's POV.

"Mah, Nova marah ya sama aku?" Tanyaku pada mamah yang masih terus menyuapiku sup ayam hangat.

"Kamu makanya coba bilang jujur ke dia. Perasaan kamu." Ujarnya.

Mamah sekarang memang mendukungku. Setelah beberapa usaha yang ku tunjukkan selama ini, walaupun cukup sulit meyakinkannya, tetapi kini ia tidak melarang ku untuk kembali mendekati Nova. Meskipun masih memberi kebebasan Nova untuk memilih.

Bahkan hari ini mamah rela menemaniku di rumah sakit saat ayah dan bunda sedang ada urusan di luar.

"Itu jam tangan siapa Ra?" Tanya mamah saat melihat jam tangan silver yang tergeletak di nakas samping ranjangku.

Aku tersenyum melihat itu. Jam tangan Nova ketinggalan!

"Oh iya, punya Nova mah, kemarin ketinggalan." Jawabku.

"Duh kebiasaan itu anak naro barang sembarangan." Mamah berucap sambil mengambil handphonenya.

Ia menempelkan handphonenya ke arah telinganya, seperti sedang menghubungi seseorang.

"Halo Nova. Nak jam tangan kamu ketinggalan di rumah sakit nih." Ucap mamah setelah panggilannya diangkat.

Senyumku mengembang kala mendengar orang yang sedang mengobrol lewat handphone dengan mamah adalah Nova.

Aku langsung menunjukkan gesture bahwa aku juga ingin mengobrol dengan anak kesayangannya itu.

Mamah yang melihat itupun tersenyum mengerti dan memberi tahu Nova bahwa aku ingin bicara kepadanya.

"Halo Nova," Ucapku setelah menaruh handphone di depan telinga.

"Halo, kenapa by?" Jawab Nova di seberang sana.

"Kamu kapan ke sini lagi? Gamau jenguk aku?" Tanyaku dengan nada yang kubuat sedih.

"Duh Araby, aku lagi sibuk. Kemarin kantor aku tinggal, kerjaanku jadi numpuk." Jelasnya.

Aku cemberut, sedih mendengarnya.

Mamah yang melihat itu menjadi agak jengkel. "Masa cuma sebentar doang gak bisa sih Nova."

Ku dengar helaan nafas dari seberang. "Iya iya, nanti aku ke sana sekalian ambil jam."

Wajahku seketika berubah. Aku dan mamah langsung tos karena akhirnya Nova mau kembali menemuiku.

"Yaudah. Makasih Nova, kamu semangat ya kerjanya." Nova hanya berdehem sebagai jawabannya, aku langsung mematikan panggilan kami dan memeluk mamah, aku sangat berterimakasih kepadanya karena ia masih mau memberiku dukungan meskipun setelah apa yang telah ku lakukan.




Aku menatap Aya yang lucu mengemut payudaraku dengan rakus. Ku elus lembut wajahnya sambil terus tersenyum haru.

"Ara kamu beneran gapapa mamah tinggal? Duh ini Nova juga masih belum bisa dihubungin." Ucap mamah khawatir.

Aku memang memberi ide. Menyuruh mamah pulang agar Nova menjadi tidak tega denganku dan bisa tetap di sini.

"Gapapa mah, aku udah sehat kok udah bisa jalanin aktivitas kayak biasa." Ucapku mengingatkan mamah agar tidak perlu terlalu khawatir karena besok pun aku sudah diizinkan untuk pulang.

Mamah menghampiriku. Tidak bisa memelukku karena aku sedang menggendong Aya, mamah merangkulku sebagai tanda pamit.
"Yasudah, mamah tinggal ya? Kalau Nova ga dateng-dateng kabarin ya."

"Iya mah. Makasih yaa." Ucapku usai rangkulan kami terlepas.












Hari sudah berganti malam, Nova masih juga belum datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang