11.

3K 229 3
                                    

Ku tutup pintu kamar mandi. Ini sudah yang ke 6 kalinya aku bolak-balik mesuk dan keluar kamar mandi.

Dugaan ku benar, pasti setelah memakan masakan Araby yang sangat pedas itu, aku tidak akan bisa tidur dengan tenang.

Ku nyalakan ponselku lalu mencari cara bagaimana cara menghilangkan sakit perut akibat makan pedas.

"Meminum susu." Ucapku membaca artikel yang tadi ku buka.

Ku turun dari tangga untuk menuju ke dapur.

Ku buka kulkas lalu mengambil susu milik Araby. Setelah berhasil mendapatkan susu, aku berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di salah satu sofa di situ.

Ku minum susu yang ada di genggamanku dengan perlahan.

Setelah susu itu habis. Ku letakkan gelas yang sudah kosong itu di atas meja.

Ku tutup mataku sebentar sambil mengelus perutku yang berbunyi dari luar baju.

"Ngapain lo tidur di sini?" Ucap seseorang yang sekarang sudah duduk di sampingku sambil membawa satu bungkus Snack.

"Tadi habis minum susu, perut saya sakit banget." Ucapku sambil masih mengelus perutku yang masih sangat sakit.

"Kamu kenapa jam segini belum tidur?" Lanjutku sambil melihat jam yang sudah menunjukkan jam 2 pagi.

"Tadi kebangun, gue laper." Ucapnya sambil menunjukkan Snack yang sedang ia pegang.

Aku meliriknya sebentar.

"Lagian udah tau gabisa makan pedes masih aja dipaksa." Ucapnya pelan.

Aku tersenyum lalu berkata. "Saya senang karena itu masakan pertama kamu yang saya rasakan. Saya gamau menyia-nyiakan usaha kamu. Lagipula, walaupun pedas tapi enak kok." Ucapku tulus sambil memandangnya.

"Dih, alay lo." Ucapnya lalu bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar.

"Duhhh." Perutku kembali bergejolak, seperti ada yang harus dikeluarkan. Aku langsung lari menuju kamarku lalu pergi ke kamar mandi.

Aku bersyukur karena besok sudah masuk weekend. Karena kalau tidak, aku tidak bisa membayangkan bagaimana caranya aku bisa fokus pada pekerjaan ku dengan menahan sakit perut.














Ku buka mataku perlahan karena merasa silau saat sinar matahari sudah masuk ke dalam kamarku.

Ku lirik ponselku untuk melihat jam. Ternya ini sudah jam 11. Wajar saja jika aku baru bangun, karena tadi aku baru bisa tidur sekitar jam 4 pagi.

Setelah menggosok gigi dan mencuci muka, aku segera keluar dari kamar dan mencari keberadaan Araby untuk menanyakan dia sudah sarapan atau belum. Karena aku ingin memesan makanan dan bertanya ia sedang ingin makan apa pagi ini.

Tetapi setelah mencari di semua penjuru rumah, aku tetap tidak bisa menemukan Araby dimana pun.

Ku putuskan untuk menelpon Araby untuk menanyakan keberadaannya.

Telpon ku tidak kunjung diangkat olehnya. Aku masih terus mencoba, sampai akhirnya di panggilan ke 3 Araby mengangkat panggilan ku.

"Apaan sih, berisik banget." Ucap Araby agak berbisik.

"Kamu lagi dimana? Aku daritadi aku cariin kamu gaada dimana-mana."

"Gue lagi di apartemen, udah kan?" Jawab Araby singkat dan langsung menutup panggilan kami.

Aku mengerutkan dahi bingung, apartemen siapa? Ngapain Araby di apartemen? Tanyaku pada diri sendiri. Karena kepalang penasaran, aku mencoba menghubungi Araby lagi.

Setelah berkali-kali tidak diangkat, akhirnya Araby mengangkat telpon ku kembali.

"Maksud kamu di apartemen apa Araby. Apartemen siapa?" Segera ku tanyakan pertanyaan ku padanya setelah dia mengangkat telepon ku.

"Apartemen Bian. Udah ah berisik banget sih lo." Jawabnya masih dengan berbisik.

"Araby! Kamu ngapain di apartemen dia? Sama siapa aja kamu. Kasih aku alamat nya deh, biar aku jem-" ucapanku terhenti lantaran Araby sudah menutup panggilannya.

Aku berdecak kesal sambil kembali menelfon nya. Tidak bisa, dia mem blokir ku.















Aku keluar dari kamarku dan langsung turun menuju lantai satu ketika mendengar suara mobil.

Ini sudah jam 11 malam dan Araby baru pulang.

Aku menuju ke dapur tempat Araby sekarang berada. Aku diam sebentar ketika melihat tanda merah ke unguan yang berada di lehernya.

"Kamu.... Di apartemen Bian ngapain? Kalian gak berdua doang kan?" Tanyaku pelan.

"Pacaran lah, namanya pacaran mah berdua doang." Ucapnya ketus.

Ketika ia ingin pergi, aku menahan tangannya.

"Kalian gak aneh-aneh kan?" Tanyaku masih dengan memegang tangannya.

"Kalaupun aneh-aneh juga emang kenapa?"

"Nanti kalau ayah tau gimana?"

"Ayah gak bakal tau kalo lo gak cepu." Ucap Araby tegas sambil melepaskan tanganku darinya lalu langsung pergi meninggalkan ku.

Ku tatap Araby yang perlahan menghilang dengan tatapan sedih.
















Thank you.









Eh, tadinya ahel mau update pagi, tapi Ahel bangun siang hehehehe. Maaf ya, tadi malem soalnya abis nontonin bang Windah.

don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang