13.

3.2K 253 5
                                    

Besok malamnya, papah menelfon ku untuk mengajak makan malam guna merayakan anniversary pernikahanku dengan Araby di rumah.

Ku pandang penampilanku di kaca panjang yang ada di kamarku. Ketika sudah cukup rapih, aku segera keluar dari kamar.

Ku tunggu Araby yang saat ini masih berada di dalam kamarnya.

Sejak kejadian kemarin malam, aku belum berbicara apapun kepada Araby, dan Araby pun tidak berusaha untuk membujukku untuk berbicara.

Huhh, memang tidak ada gunanya berharap. Ucapku membatin

Tuk tuk tuk.

Ku dengar suara high heels yang sedang menuruni anak tangga. Ku alihkan atensiku ke sumber suara.

Mataku terpaku, dan badanku seolah tidak bisa ku kendalikan. Aku membeku melihat sesosok wanita cantik yang selama ini tinggal bersamaku. Oh Araby..... Ucapku dalam hati.

Saat dia sudah berada di depanku, kami diam dengan cukup lama. Aku masih mengagumi betapa cantiknya bidadari yang saat ini sedang berdiri menatapku.

"Ekhem." Ia ber-dehem dengan cukup keras.

Aku langsung tersadar dari lamunanku. Aku langsung menoleh ke arah mana saja dengan sangat canggung.

Setelah beberapa detik kecanggungan itu berlangsung, aku mengeluarkan satu kotak merah berisi kalung yang aku beli kemarin malam.

"Nih, kalo nanti pada nanya saya beliin apa buat kado anniversary kita, bilang aja saya beliin kamu ini." Ucapku sambil memberikannya hadiah yang seharusnya aku berikan pada malam hari anniversary kami.

Araby mengerutkan keningnya sambil mengambil kotak merah yang kuberikan. Ia membuka kotak tersebut lalu menatapku sebentar.

Ia mengeluarkan kalung emas dengan hiasan liontin berlian yang tergantung di tengahnya itu dari dalam kotak, lalu memandangnya sebentar.

"Pakein dong." Ucapnya memberikan kalung tersebut lalu berbalik memunggungi ku. Ia singkirkan rambut halusnya ke samping agar memudahkan ku memakaikan nya kalung.

Melihat pemandangan yang ada di depan ku, ku telan ludahku dengan susah payah. Ku pakaikan kalung yang saat ini sedang ku genggam dengan canggung.

Saat sudah selesai, aku masih saja memandangi leher jenjangnya yang terlihat sangat menggoda itu.

"Va, udah belum? Lama bange-" "novhh, lo ngapainhh"

Ucapnya agak terhenti karena saat ini aku sedang menciumi sekitar tengkuknya.

Ku ciumi leher halus itu dengan perlahan. Mulai dari tengkuk lalu mulai bergeser sampai bagian leher sampingnya. Ku tambah ciumanku dengan lidahku yang kini juga mulai ikut bermain. Dengan iseng, sesekali ku gigit dan ku isap kecil leher yang dari tadi seolah memanggil ku untuk ku santap.

"N-novahhgh." Desahnya disaat aku dengan sengaja menghisap lehernya kencang.

Araby menggigit bibirnya guna menahan desahan-desahan yang sesekali lepas keluar dari mulutnya. Ia meremas kemeja yang sedang ku pakakai dengan erat dan menyerahkan seluruh berat badannya untuk bersandar padaku.

"Drrrt drrrt." Suara handphone ku berbunyi pertanda ada panggilan yang masuk.

Dengan cepat aku langsung melepas ciumanku pada leher Araby dan ia pun langsung membenarkan posisinya lalu langsung pergi keluar menuju garasi rumah.

Nafasku masih memburu dan kakiku agak gemetar. Ku lihat handphone ku yang masih berdering dan mengangkat panggilan yang tenyata dari papah.

"Iya pah, ini udah mau otw. Iya-iya sabar." Ucapku karena papah sudah marah-marah karena kami datang terlambat.

Setelah ku tutup telfon dari papah, ku netralkan nafasku sebentar, lalu duduk di atas sofa dan mengacak-acak rambut.

"Lo ngapain si novaaaa, abis ini gimana. Pasti makin jauh." Ujarku sambil mengusap wajahku pelan terlihat sangat frustasi.













Ku hentikan mobilku saat lampu lalulintas telah berubah menjadi merah.

Ku lirik Araby sebentar. Dari tadi hanya helaan nafas dari ku saja yang terdengar di dalam mobil ini. Araby hanya diam saja dan sesekali menolehkan pandangannya ke arah luar jendela.

Aku ingin meminta maaf, tetapi aku sangat takut itu akan memancing emosinya dan malah membuat moodnya semakin hancur.












Setelah sampai di pekarangan rumah papah dan mamah. Araby langsung keluar dari mobil meninggalkanku yang harus memarkirkan mobilku terlebih dahulu.

Setelah berhasil ku parkirkan mobilku dengan benar, aku langsung masuk ke dalam rumah.

Setelah memasuki rumah, ku tutup pintu yang tadi aku masuki.

Aku langsung masuk menuju dapur dan langsung melihat disana sudah sangat ramai dengan para orang tua yang sedang mengobrol.

"Eh Nova sudah dateng, sini sayang." Bunda Araby mengajakku untuk duduk bergabung dengan mereka dan mempersilahkan ku untuk duduk di samping Araby yang memandangku sesaat lalu mengalihkan pandangannya lagi.

Makan malam berjalan dengan baik. Para orang tua sangat aktif berbicara. Sedangkan aku dan Araby, hanya sekedar tersenyum jika ada yang mengeluarkan lelucon dan merespon pertanyaan-pertanyaan yang kadang di lontarkan kepada kami.

"Ini kok kalian diem-dieman aja, canggung banget. Ara, Nova gak aneh-aneh kan? Kamu gak dimarahin kan selama sama dia, dia gak kasar kan sama kamu?" Ujar mamah dan menatap penuh selidik ke arahku.

Aku hanya diam dan menghela nafas malas.

Andai mamah tau se-galak apa Araby jika hanya bersamaku. Mana berani aku memarahinya, apalagi sampe main kasar, Huhhhh.

Araby tersenyum dan terkekeh sebentar.

Aku yang melihat senyuman indah itu ikut tersenyum. Oh tidak, aku mudah sekali terkecoh dengan kecantikannya. Segera, ku balikan ekspresi ku ke semula, dan ku alihkan pandanganku darinya.

Lalu Araby menjawab. "Enggak kok mah, Nova baik sama Araby. Kemarin, saat malam hari anniversary kita, Nova beliin Araby hadiah. Cantikkan mah." Jawab Araby sambil menunjukkan kalung yang ku beri.

Aku lalu tersenyum bangga ke arah mamah.

"Haduhh, iya deh. Tapi awas aja sampe kamu berani aneh-aneh. Ara, kalo Nova nanti apa-apain kamu, bilang mamah aja ya. Nanti mamah yang ngasih pelajaran sama ni anak." Ucap mamah sambil menjewerku.

Aku meringis kesakitan. Aku yakin kupingku sudah sangat merah saat ini.

Saat mamah melepas jewerannya, Araby lalu mengelus kupingku pelan.

"Masih sakit?"

"Enggak, makasih ya." Ucapku tulus dengan senyuman yang tidak bisa ku sembunyikan.

Duh, Araby kalau di depan orang tua gini sangat berbahaya untuk hatiku yang lemah.

"Yee, malah pacaran." Ucap ayah lalu disambut dengan gelak tawa yang lainnya.

Aku dan Araby hanya tersenyum malu.




























Thank you.
















Thank you for the votes and support!!! IT MEANS A LOT FOR MEEE. Sekali lagi makasih yaa yang mau nungguin aku update (walaupun mood-mood an).

Please press the star ⭐⭐⭐ as your support for me.

don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang