31.

3.3K 351 50
                                    

Malam telah larut, menunjukkan waktu di mana semua orang kini telah tertidur. Tetapi tidak dengan wanita yang kini masih terjaga, menunggu sesuatu dari layar handphone-nya.

"Hhhh." Menghela nafas lelah, Araby akhirnya menyerah dan menghempaskan handphone-nya agar dirinya dapat segera tertidur.

Setelah beberapa menit ia pejamkan mata, tiba-tiba handphone-nya bergetar.

Ada telepon yang masuk.

Araby langsung membalikkan badannya dan mengambil hp yang tadi ia hempaskan cukup jauh.

Ia tersenyum senang saat melihat siapa yang menghubunginya.

Alya (sekretaris)

"Halo, ini siapa ya?" Tanya wanita di seberang sana. Mungkin ia bingung, karena nomor yang tak dikenal ini terus-menerus menghubungi-nya tanpa henti.

"Halo, Alya?" Balas Araby memastikan.

"Iya saya Alya. Ibu siapa ya? Kenapa menghubungi nomor saya terus?"

"Alya saya Araby."

"Oh-" Ucapnya terpotong, sedikit kaget.

"Alya kamu dengar saya kan?" Tanya Araby karena ia tidak mendengar apa-apa lagi dari seberang sana.

"I-iya. maaf ibu, ada perlu apa ya menelfon saya?" Dengan nada yang lebih sopan dari sebelumnya, Alya sang sekretaris bertanya.

"Saya mau ngobrol sama Nova. Nova nya ada?"

"Maaf ibu, tapi tadi bu Nova bilang dia sedang tidak ingin diganggu." Tidak enak hati, tetapi itulah yang tadi memang dikatakan sang bos.

"Alya tolongin saya sekali ini aja. Saya mohon.... Ada yang ingin saya sampaikan." Terdengar putus asa, suaranya pun sudah terdengar agak bergetar.

"Baik bu, saya coba dulu ya...." Balasannya karena tidak enak dengan istri sang bos.

Dari seberang, telepon dimute. Araby menunggu dengan sabar. Ia gigit bibir bawahnya saat tiba-tiba ia merasa gugup.



5 menit telah berlalu.



"Halo....." Suara yang sangat ia rindukan itu akhirnya terdengar.

Hatinya membuncah. Seperti habis dikejar hewan buas, jantungnya pun kini berdetak hebat.

"Nova....." Suaranya bergetar. Matanya kini sudah panas, siap meluncurkan air mata yang kian sudah menumpuk.

Hening. Orang di seberang sana seolah tidak tertarik dengan percakapan ini. Ia hanya menunggu Araby berbicara.

"Nova kamu di mana.... Kenapa perginya ga pamitan sama aku?" Tanya lembut wanita hamil yang kini telah bangkit dan terduduk di sisi ranjangnya.

"Aku kerja Ra." Hanya jawaban datar itu yang ia dapatkan.

"Berapa lama?"

"Empat bulan."

Bibirnya bergetar, isakannya tertahan.

"Aku lahiran kemungkinan bulan depan. Kamu bakal dateng kan?" Tangan satunya bergerak gelisah, meremat bed cover di sebelahnya.

"Gatau, aku liat jadwalku dulu."

"Udah ya Ra, aku mau istirahat. Besok pagi ada meeting." Lanjut Nova.

"Nova aku kesepian, besok tolong angkat telfonku ya.... Baby nya juga kangen sama kamu." Tidak ingin menahan Nova, tetapi juga masih ingin mendengar suara yang sudah beberapa hari tak terdengar itu.

"Iya kalau sempet." Jawab Nova lalu menutup panggilan mereka.

Araby mengelus perutnya dan mulai terisak.

Hatinya seperti jatuh di palung terdalam. Matanya sudah membentuk ombak deras, kemudian meluncurkan air yang sedari tadi ia tahan.

Apakah ini yang selama ini ia dambakan? Apalagi yang ia cari? Mengapa ini menjadi sangat berat.











Pagi hari, kepalanya sangat pening, mungkin karena efek semalam ia terlalu banyak menangis.

Araby bangkit dari tidurnya dan langsung terburu-buru menuju kamar mandi.

Ia memuntahkan isi perutnya yang dari tadi bergejolak.

Setelah membasuh mulutnya, ia lanjut mencuci wajahnya.

Ia perhatikan wajahnya dari pantulan kaca di depannya. Mata sembab dan kantung hitam di bawahnya sangat mengganggu.

Tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu. Hal yang harus dan penting ia lakukan setelah penyesalannya ini.

Ia langsung memutuskan mandi dan bersiap untuk ke suatu tempat.









"Terimakasih pak." Ucapnya dengan senyuman saat sudah memberikan selembar uang kepada supir taksi di depannya.

"Iya, hati-hati neng." Ucap supir taksi itu.

Setelah mengucapkan terima kasih, Araby lalu segera melangkah menuju pagar mewah yang tinggi menjulang ke atas. Satpam di depan pagar yang sudah mengenali wanita itu langsung mempersilahkan ia masuk kedalam.

Setelah masuk, ia langsung disuguhkan pemandangan yang amat cantik. Walaupun hari sudah mulai terik, tetapi di sini masih sangat sejuk. Banyak pohon-pohon hijau yang tidak terlalu besar yang tumbuh sehat.  Tidak lupa juga berbagai tumbuhan berwarna yang berasal dari macam-macam negara.

Araby menghirup oksigen yang amat segar itu.

Akhirnya dia mulai berjalan mendekat ke arah pintu kayu besar di dinding depan bangunan rumah megah itu.

Akhirnya ia sampai. Sampai di depan pintu rumah milik mertuanya. Orang tua Nova yang sekarang masih sah menjadi pasangannya.








Thank you.



don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang