33.

4.6K 436 61
                                    

Tengah malam, waktu untuk semua orang melepas lelahnya. Tertidur pulas dan bergelut dengan mimpi-mimpi mereka.

Wanita di dalam kamar luas itu tiba-tiba membuka matanya, merasakan sesuatu yang sangat sakit di sekitar perut dan pinggangnya.

Ia mengerutkan keningnya dalam. Kini tangannya pun sudah meremas sprei di samping kanan kirinya.

Jari-jari kakinya menekuk ke dalam.

Wajahnya terlihat sedang menahan sesuatu. Terlihat kesakitan.

Matanya mulai memerah, peluhnya kian menderas.

"A-akh..." Wajahnya makin pucat, melihat kasur yang didudukinya kini sudah basah kuyup.

Sambil memegang perutnya yang seperti sedang ditekan sesuatu, wanita itu menyambar ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.

Pada panggilan ke empat, akhirnya suara manusia lain terdengar dari seberang sana.

"Halo, Kenapa?" Tanya orang di sana dengan suara khas bangun tidur. Nadanya agak bingung. Mungkin heran ada apa tengah malam begini menelfon.

"Nova, kayaknya aku mau lahiran...." Sambil sesekali mendesah kesakitan, Araby terus memegangi perutnya. Rasanya seperti sedang diurut kencang.

Orang di seberang pun langsung terdengar panik, ia segera menghubungi orang-orang yang tentunya lebih bisa membantu daripada dirinya.

"Duh Araby, kenapa kamu malah telfon aku." Ucap di sana panik, sambil masih terus mencoba menghubungi bantuan yang lainnya.

"Araby, aku udah telfon ayah. Kamu tahan sebentar ya." Terus mendengar desisan Araby, Nova ikut tidak bisa tenang.

"Nova, air ketubannya udah pecah." Ucap Araby sambil terus meringis.

"Duh sabar ya. Ayah udah jalan kok." Ujarnya mencoba menenangkan.

"Nova, kamu ke sini ya..." Ucapnya dengan suara yang sudah lelah. Terdengar lirih memohon.





***






Perempuan tegap itu berjalan terburu-buru di lorong rumah sakit besar itu.

Kakinya seolah menolak untuk beristirahat.

Jantungnya sudah berdetak sangat cepat. Ia khawatir.






Saat sampai di depan pintu, dirinya diam sebentar. Merapikan bajunya yang sedikit acak-acakan.

Ia menghela nafasnya sebelum membuka pintu ruangan di depannya.



Cklekk.



Pintu terbuka. Nova langsung merasakan dinginnya suhu di dalam ruangan seolah menusuk ke dalam kulitnya.

"Nah, ini dia yang dari tadi di tunggu-tunggu."

Nova tersenyum ketika disambut oleh para orang tua di dalam sama.

Ia memeluk satu-satu orang di sana. Nova kembali tersenyum melihat sepupunya dekatnya yang ternyata telah datang lebih dulu.









Araby's POV.







"Udah Bun, Ara udah kenyang." Tolakku saat bunda kembali menyuapiku buah anggur.



Cklekk.




Pandanganku seolah langsung ditarik ke arah pintu yang kini perlahan terbuka.

don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang