30.

2.2K 262 8
                                    

Araby's POV.









Perlahan, ku buka kelopak mataku saat teriknya matahari telah masuk melewati celah-celah gorden.

Aku bangkit duduk dan melihat jam yang tertancap di atas dinding.

Pukul setengah sepuluh pagi. Kepala dan mataku masih berat. Tadi malam, aku tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian yang baru saja ku alami.

Aku mengelus perutku yang sudah sangat buncit itu.

Merasa lapar, aku langsung segera turun dari kamarku guna mendapatkan sesuatu yang bisa mengisi perutku.

Saat sedang memakan apel yang baru saja ku ambil dari kulkas. Aku terheran saat melihat kaca di ujung ruangan yang langsung memperlihatkan keadaan garasi. Terlihat mobil milik Nova yang masih terparkir rapih.

"Nova!" Teriakku dari lantai bawah.

Aku tidak sanggup jika harus menghampiri ke kamarnya.

Setelah beberapa panggilanku tidak terjawab, aku mengangkat bahuku.

Mungkin dia ke kantor tidak bawa mobil.

Mengingat percakapan kami tadi malam, aku mengerti jika Nova memilih untuk tidak mengendarai mobilnya.









Author's POV.








Langit cerah kini sudah tergantikan dengan warna yang lebih gelap. Matahari yang lama-kelamaan tenggelam itu kini perlahan digantikan oleh cahaya bulan.

Araby baru saja menyelesaikan masakannya.

Ia menatap masakannya dengan bangga.

Sudah tersaji curry, telur mata sapi, dan tidak lupa dengan chicken katsu nya. Ia memasak hidangan spesial kali ini.

Setelah sepanjang hari terus memikirkan kejadian yang telah berlalu tadi malam, Araby merasa sangat tidak enak kepada wanita yang menangis bersamanya tadi malam.

Ia tersenyum menatap hidangan yang terlihat sangat lezat itu. Tidak sabar menunggu kepulangan Nova.







"Hoamm." Wanita itu menguap, matanya kini juga sudah sangat berat minta dirapatkan.

Ia menatap jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Dahinya mengernyit bingung. Heran, tidak biasanya Nova jam segini belum pulang.

Araby berjalan gontai kearah dapur, ia meminum segelas air lalu memutuskan untuk makan duluan. Perutnya sudah rewel minta diberi asupan.

Sambil makan, ia terus mencoba menghubungi nomor orang yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.

Nomornya tidak aktif. Setelah mencoba puluhan kali, akhirnya dia lelah dan berhenti.

Diletakkannya handphone itu dengan wajah yang sudah ditekuk.

Kemana dia, Apa dia marah padaku.






* * *






Sudah terhitung hari ke 3, Araby tetap tidak melihat keberadaan Nova.

Nova seperti sengaja menghilang, menjauh darinya.

Dan itu berhasil. Berhasil membuat wanita itu bingung dan murung. Seperti kehilangan barang berharga.

Kini, Araby sudah tidak bisa berpikir jernih. Ia segera menyambar tasnya dan pergi keluar rumah. Menuju satu-satunya tempat yang terpikirkan olehnya.











don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang