6.

3.4K 255 1
                                    

Ku buka mataku saat sinar matahari masuk melalui kaca jendela di dinding kamar.

Kuregankan tangan ku lalu duduk untuk mengumpulkan nyawa.

Ku usap wajahku pelan lalu segera beranjak dari kasur menuju kamar mandi.

Selesai membersihkan diri, ku tatap diriku yang sudah siap untuk pergi bekerja di depan cermin.

Seperti inilah kehidupan ku. Hanya makan, kerja dan tidur yang ku lakukan sepanjang hari.

Seperti hari-hari lainnya, tidak ada hal yang spesial yang ku lakukan. Satu-satunya hal yang membuatku bertahan menjalani hari-hari berikutnya adalah saat aku makan satu meja dengan istriku.

Kami sudah berpisah kamar sejak awal kami tinggal bersama, aku tidak bisa menolak karena Araby.... sangat galak.






"Morning." ucapku dengan senyum paling manis lalu duduk di depan istriku dan bergabung untuk makan bersama.

Seperti hari-hari sebelumnya, dia hanya melirikku sekilas lalu balik fokus terhadap makanannya.

"Nanti saya pulangnya agak larut, jangan di kunci dulu ya pintunya." Dia hanya ber-dehem dan bangkit dari duduknya.

Bukan tanpa alasan aku berbicara seperti itu. Karena terakhir aku pulang larut, Araby sudah tidur dan aku di kunciin di luar.



__________________________


Ku parkirkan mobilku di garasi rumah. Dengan perlahan, aku masuk ke dalam rumah dan segera mengunci pintu.

Saat sampai di ruang tamu, ku lihat Araby yang sedang menonton film kesukaannya. Dengan perlahan ku hampiri Araby dan bergabung duduk di sebelahnya.

"Kok belum tidur? Kita besok bakal ke rumah ayah, bunda loh pagi-pagi." ucapku karena tidak mau besok akan terlambat untuk pergi.

"Huftthh.... Gue pegel banget, pijitin kaki gue dong" sambil menunjuk kakinya, Araby lalu pindah posisi menjadi tiduran dan menempatkan kakinya di atas pahaku.

Aku pun hanya menurut dan duduk memangku kakinya yang sekarang sedang ku pijat.

"Kamu emang kemana aja hari ini? Kok sampai pegel gini? Kamu kalau ada apa-apa langsung hubungi saya aja. Jangan sampai terlalu lelah dan banyak istirahat"

"Ckk, apaansih bawel banget. Ga ikhlas ya? Kalau ga ikhlas mendingan gausah." Ucap Araby yang tiba-tiba terlihat kesal.

"Bukan begitu, saya hanya-" belum selesai aku menyelesaikan kata-kataku, Araby sudah lebih dulu beranjak dari sofa lalu menuju kamarnya meninggalkan ku.




_________________________________


Jam menunjukan sekarang sudah pukul 6.15 pagi dan aku baru saja menyelesaikan kegiatanku di dapur. Aku baru saja memasak nasi goreng yang akan menjadi menu sarapan pagi ini.

Saat sedang menata makanan di meja makan, tiba-tiba suara bel rumah ini berbunyi.

"Iyaaa, tunggu sebentar!!" Teriakku sambil buru-buru menata makanan agar aku bisa langsung menghampiri seseorang yang memencet bel rumah.

Saat aku ingin berjalan keluar, tiba-tiba dari arah belakangku muncul Araby yang ingin menuju ke luar.


"Tamu kamu Ra?" Tanya ku. Araby tidak menghiraukan ku dan terus melangkahkan kakinya.

Karena aku yakin itu adalah tamunya Araby, aku lalu duduk di kursi makan dan menyendok kan nasi goreng yang masih panas di piring ku dan Araby. Sambil menunggu Araby aku memilih untuk mengambil handphone ku dan mengecek email, kali saja ada kerjaan yang masuk.

Saat sedang scrol-scrol email, ku dapati Araby duduk di depan ku dengan se-mangkuk bubur ayam yang sepertinya baru di pesannya tadi.

Saat dia menyingkirkan piring berisi nasi goreng yang tadi aku sajikan, aku pun basa-basi bertanya.

"Kamu beli bubur Ra? Padahal saya udah masakin nasi goreng."

"Bosen banget sama nasi goreng lo, enak juga kaga." Ucap Araby sadis yang langsung menusuk jantungku. Ku akui aku memang tidak terlalu pandai memasak, tapi aku sudah sangat sering kok memasak nasi goreng. Jadi menurutku nasi gorengku malah sangat enak.

Ku hela nafasku pelan, lalu bergabung makan dengan Araby yang kini sudah fokus dengan buburnya. Sesekali aku melirik sedih ke arah nasi goreng di sampingnya yang tadi telah ia singkirkan.

"Uhukk-uhukkk" dengan panik, ku tuangkan air putih dan langsung ku sodorkan gelas itu ke arahnya. Aku beranjak dari duduk ku dan langsung mengusap-usap punggungnya.

"Ckk, apaan sih. Gausah modus deh, pake pegang-pegang segala" ucapnya sambil menggoyangkan bahunya untuk mengusir tanganku yang tadi mengusap-usap punggungnya.

"Ehh iya, maaf-maaf saya refleks."

Setelah selesai makan kami pun segera bersiap-siap untuk pergi mengunjungi rumah ayah dan bunda Araby karena mereka bilang, mereka sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya.


















Thank you.

don't hesitate to hurt me.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang