3 - Apartemen

5.6K 64 0
                                    

💫HAPPY READING💫

Perjalanan yang hanya membutuhkan waktu 25 menit ini terasa sangat lama karena suasananya yang sangat tidak Alyra sukai, ia melirik Shaka yang sedang menyetir, cowok itu tampak santai-santai saja, tidak seperti dirinya yang sudah berkeringat dingin semenjak masuk ke dalam mobil ini. Pikiran-pikiran kotor dan rasa takut tanpa sebab itu menghantui kepalanya. Apa setelah sampai ke apartemen Shaka, Alyra akan langsung kehilangan keperawanannya?

Memikirkannya saja sudah membuat jatung Alyra berdetak lebih cepat apalagi saat benar-benar melakukannya. Alyra pasti sudah pingsan duluan. Tapi mau bagaimana? Ini sudah konsekuensi yang harus Alyra hadapi setelah memutuskan menerima tawaran gila dari Shaka.

Dan ini semua hanya sampai Mamanya menghubunginya kembali, setidaknya Olivia menghubungi Alyra dan meminta Alyra untuk kembali, maka Alyra akan langsung memutuskan kesepakatan antara dirinya dan Shaka. Alyra hanya ingin membuat Mamanya mengerti, bahwa Alyra juga bisa tegas dengan caranya sendiri.

"Oke, kita sampek."

Suara Shaka membuyarkan lamunannya, Alyra menoleh ke Shaka dan buru-buru turun untuk mengikuti Shaka yang sudah lebih dulu turun dari mobil Merchedes-Benz S-Class-nya.

Alyra mengikuti Shaka dengan diam, memperhatikan Shaka yang menekan angka 17 saat berada di dalam lift. Seberapa tinggi gedung ini hingga tombol di lift berhenti di angka 20? Alyra benar-benar tidak bisa membayangkan berapa harga apartemen disini. Mungkin setara dengan biaya makan Alyra selama 5 tahun.

"Lo bisa masak, gak?" Shaka menoleh dan menatap Alyra dengan alis terangkat sebelah.

"Gak bisa! Gue gak bisa masak."

Melihat Alyra yang cepat menjawab dengan nada tidak santai pula membuat Shaka memicingkan mata penuh curiga.

"Yang bener? Kok gue ngerasa lo bisa masak, ya?" Kepala Shaka mendekat ke arah Alyra dengan tatapan sok mengintimidasi, membuat perempuan itu berdecak tidak suka melihatnya.

"Ya terserah lo, kalo lo mau mati karena rasain masakan gue, ya, ayok. Gue masakin."

"Gak, terimakasih. Mending pesen online aja." Shaka mengeluarkan handphonenya dari saku celana lalu keluar dari lift saat pintu lift terbuka.

"Lo mau pesen apa?" Shaka bertanya pada Alyra tanpa mengalihkan kepalanya dari handphone miliknya.

"Terserah."

Mendapat jawaban itu, membuat Shaka berdecak dengan raut wajah malas. "Dasar cewek!"

Alyra tersenyum lebar menanggapinya, terlihat sekali jika perempuan itu senang melihat wajah kesal Shaka.

Tepat di depan pintu 173, Shaka menempel sebuah kartu ke sensor yang berada di samping pintu. Setelah pintu terbuka, Shaka masuk ke dalam bersama Alyra.

"Pegang ini, kartus akses masuk ke apartemen ini dan gedung, kalo lo gak pegang itu. Lo gak bisa masuk gedung dan bisa di cegat keamanan yang dibawah tadi." Shaka menyerahkan kartu bewarna putih ke tangan Alyra.

Alyra mengangguk dan mengambil kartu itu dari tangan Shaka, menyimpannya ke dalam tas agar kartu itu tidak hilang. Melihat keamanan yang sangat ketat saat dibawah tadi membuat Alyra merasa takut dan tidak ingin kehilangan kartu itu.

"Kita satu kamar."

Ucapan itu membuat gerakan Alyra yang membuka sepatunya terhenti, menatap kaget pada Shaka yang berdiri sombong dengan tangan bersedekap dada.

"Oke." Alyra menganggguk pasrah, percuma juga memberi protes, bukan kah itu hal biasa? Apalagi sekarang mereka adalah fwb, tentu berbagi kamar adalah hal yang harus dilakukan.

FRIEND WITH BENEFIT 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang