17 - Terpesona

1.6K 47 0
                                    

Halo V-Love! FWB sudah update part 32 di KaryaKarsa ya❤

💫HAPPY READING💫

Pagi-pagi Alyra dan Delia sudah berada di Vellum Lumina untuk mengembalikan buku yang sudah Alyra pinjam serta meminjam buku baru untuk stok bacaan Alyra.

"Gue khawatir banget tau pas lo gak masuk kuliah selama 3 hari, lo juga gak kasih alamat tempat tinggal lo yang baru. Gue jadi gak tau mau jengukin lo kemana." Delia berujar sedih di samping Alyra yang asik sibuk memilah-milih buku yang akan ia bawa pulang.

"Udahlah, toh gue juga ada disini sekarang. Sehat Walafiat, jadi lo gak usah khawatir lagi." Alyra memberikan senyuman mans pada Delia agar tidak usah mengkhawatirkan dirinya lagi.

"Ya, tapi gue masih pengen tau lo tinggal dimana, masak gue gak boleh tau sih, Ly?" Wajah Delia berubah cemberut, membuat Alyra menghela nafas panjang. Masak ia harus mengatakan jika ia tinggal dengan Shaka, kan tidak mungkin.

"Di suatu tempat yang nyaman dan hangat, tapi gue gak bisa kasih tau dimana. Pemilik rumahnya melarang keras untuk gue kasih tau ke semua orang, termasuk elo." Ada rasa tak enak hati saat Ayra harus berbohong pada Delia yang notabene-nya adalah sahabat dirinya yang selalu ada di saat Alyra sedang susah.

"Maaf, oke? Tar gue bujuk lagi deh, supaya gue bisa bawa lo ke tempat tinggal gue sekarang." Alyra tersenyum manis dan mengelus pundak Delia dengan lembut demi mengusir aura tidak enak yang tiba-tiba mengelilingi mereka berdua.

Delia memaksakan untuk tersenyum, ia tidak isa memaksa jika memang pemilik rumah yang sedang Alyra tempati tidak  mengijinkan untuk semua orang untuk tau. Sekalipun Delia ingin sekali tau.

"Ya udah, mau gimana lagi. Kalo emang gak dibolehin kan? Yang penting lo punya tempat tinggal sekarang." Delia merentangkan tangan untuk memeluk Alyra. 

Alyra  tersenyum, ia membalas pelukan Delia dengan perasaan senang karena setidaknya ia masih ada yang tulus memperdulikan dirinya.

"Ayok, kedepan, gue udah selesai milih bukunya."

Delia mengangguk dan mengandeng tangan Alyra untuk pergi ke depan, lebih tepatnya pada tempat penjaga perpustakan untuk mengembalikan buku serta menunjukan kartu member untuk meminta kode di aplikasi Vellum Lumina untuk pinjaman buku baru.

"Pagi, Fahmi. hari ini gue balikin buku yang kemarin gue pinjem terus 3 buku novel dan 2 buku kuliah untuk pinjaman gue sekarang." Alyra menyapa pada Fahmi selaku penjga perpustakan hari ini.

"Pagi, Ly. Oke, gue list ya." Fahmi tersenyum lalu menerima buku-buku yang Alyra serahkan padanya. Teringat sesuatu, Fahmi mengangkat kepala dan menatap Alyra yang sedang berbicara dengan Delia.

"Oh iya, Ly, Del. Gue ada job jadi panitia seminar nih, fee-nya 1 juta selama seminggu, kira-kira kalian mau gak?"

Alyra mengangkat kepala dan tersenyum, menolak rejeki? Mana mungkin Alyra menyia-nyiakannya.

"Seminar dimana? Boleh banget tuh."

"Disini, Vellum Lumina, jadi VL bakal adain seminar selama seminggu tentang tema literasi dan undang para penulis besar untuk jadi pemateri, kita kekurangan  panitia. Jadi, siapa tau lo dan Delia mau jadi panitia. Secara kalian hafal seluk beluk perpustakaan ini." 

"Gue sih gak bisa, ya. Fahmi. Soalnya gue malesan anaknya, paling gue datang sebagai pengunjung doang." Delia menjawab dengan tidak enak hati.

"Gak papa kok, gue paham." Fahmi tersenyum ramah demi tidak membuat Delia merasa tidak enak hati.

"Tapi, gue bisa kok, Mi. Daftarnya kemana?"  Alyra bertanya dengan senyuman manisnya.

"Tar gue kirim form pendaftarannya."

"Oke, gue tungggu." Alyra menganggukkan kepala semangat, ia memang sudah tidak pusing lagi soal uang karena semuanya sudah di urus oleh Shaka. Namun, Alyra juga tidak bisa melewatkan kesempatan ini begitu saja dan tentu ia akan menerimanya.

•V-Lova•

"Emang kerjanya ngapain kalo jadi panitia seminar gitu?" Shaka bertanya saat melihat Alyra yang sedang mengisi form pendaftaran di sampingnya.

"Ya, paling cuman mantau doang sama bantu-bantu gitu." Alyra menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.

Shaka menganggukkan kepala mengerti, ia membalikan badan hingga tidur terlentang lalu melirik Alyra sebentar.

"Ribet, mana gajinya cuman sejuta. Murah."

Alyra memutar bola mata malas mendengarnya, tentu bagi Shaka itu adalah yang sangat sepele, cowok itu lahir dengan kekayaan yang tak bisa Alyra hitung. Tentu Shaka tidak akan mengerti bagaimana rasanya harus mencari uang karena setiap bulan Shaka sudah mendapat uang saku seharga rumah lantai 2.

"Lo mana paham, mending diem daripada gue tendang!" Jawaban ketus Alyra membuat Shaka berdecak, padahal Shaka hanya berbicara.

Karena Shaka sudah tidak membalas lagi, Alyra melanjutkan membaca tugas-tugasnya sebagai panitia yang baru saja di kirim Fahmi. Jujur saja, ia sangat tertarik mengikuti seminar ini, apalagi akan ada banyak penulis populer yang akan datang. Bahkan Alyra sudah menyiapkan jurnal yang akan dia bawa nanti untuk di tanda tangani beberapa penulis kesukaannya.

Setelah selesai dengan urusannya, Alyra menutup laptop dan menoleh ke arah Shaka. Ia tersenyum tipis saat melihat Shaka sudah terlelap damai. Nafasnya beraturan dengan kepala miring ke arah kiri. Menampilkan rahang tegasnya yang selalu berhasil membuat Alyra terpesona.

Alyra baru sadar jika Shaka setampan itu ternyata, perempuan itu menyingkirkan laptop miliknya ke atas nakas lalu membaringkan tubuhnya untuk menatap wajah Shaka.

Tangan lentiknya bergerak untuk mengelus rambut sampai ke arah leher Shaka, mengelusnya dengan pelan agar tidak membangunkan Shaka. Senyum Alyra mengembang. Sekarang Alyra mengerti tentang perasaannya terhadap Shaka. Perempuan itu menyukai Shaka.

Menyukai orang yang dulu tidak pernah ia notice karena menurutnya tidak berguna dan Shaka terlihat sangat menyebalkan saat itu. Namun, sekarang ia malah jatuh pada pesona laki-laki itu. Tidak usah membahas menyerahkan diri. Karena sejak awal pun Alyra sudah menyerahkan diri sepenuhnya pada Shaka. Baik fisik maupun perasaan.

Karena sejujurnya, tidak ada yang bisa tidak menyukai Shaka ketika cowok itu sudah menargetkannya sejak awal. Shaka punya pesona kuat, dan hal itu tidak bisa di tolak oleh semua orang. Termasuk Alyra.

Alyra bergerak pelan untuk meraih wajah Shaka dan menciumnya dengan lembut, melumat dengan hati-hati agar Shaka tidak terbangun dari tidurnya.

"Kenapa lo ganteng banget?" Alyra bertanya pelan setelah mencuri ciuman pada bibir Shaka.

Shaka tidak menjawab, karena memang ia sudah tidur lelap. Bahkan masih tidur saja Shaka tetap terlihat sangat tampan di mata Alyra. Apa ini yang dinamakan terpesona akan sesuatu? Karena sekarang Alyra benar-benar tidak bisa mengalihkan tatapannya dari wajah tampan Shaka. 

Setelah puas memandangi wajah Shaka, Alyra bergerak untuk mematikan lampu dan menyembunyikan diri dalam pelukan Shaka.

Mendusel-duselkan hidungnya di antara leher cowok itu hingga Alyra bisa merasakan aroma khas seorang Shaka yang entah sejak kapan menjadi aroma kesukaan Alyra. Ah, Alyra bisa gila jika terus saja terpesona pada laki-laki yang sedang tidur ini.

💫TO BE CONTINUED💫

FRIEND WITH BENEFIT 21+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang