67

644 36 3
                                    

selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
levi masih membekap tubuh bagas erat erat, orang tua itu benar benar menangis sekarang. levi sebenarnya juga merasa bersalah, namun sisanya dia bahagia melihat bagas menangis

"shh... tenanglah..." kata levi dengan lembut berusaha menenangkan bagas

tangan levi masih aktif membelai rambut hitam lurus milik sang adik, sesekali ia juga memperhatikan wajahnya dan menghapus air matanya yang masih mengalir

"l-lepaskan aku bajingan" nada bagas terlihat marah, namun dia sedikit terbata

"mn.. no- no..."

levi menolak sembari menggelengkan kepalanya, dia kemudian kembali menarik tubuh bagas lebih dekat lagi. dia kemudian bangkit dari atas tubuh bagas, mengangkat tubuh bagas agar bersender di kepala ranjang

levi kemudian kembali mendekat kearahnya, duduk di tengah tengah kaki bagas sembari mengusap pipinya

"berhentilah menangis..."

bagas hanya diam, dia mendengus kesal lalu membuang mukanya ke samping. masih sedikit sesenggukan, tapi dia tak peduli

"kalau sedang diajak berbicara, jangan memalingkan wajah mu asta" levi meraih kedua pipi bagas lagi, mencengkeramnya, menariknya lagi untuk menatapnya

"oh... maafkan aku"

levi kemudian memeluk tubuh kekar bagas dengan erat, dia mengusap usap punggung sang adik seraya menenangkannya
.
.
.
jean dan kaiser ada di kamar kasier. si bocah itu terus menerus berbicara berbicara seperti kereta, sedangkan si kaiser hanya mendengarkannya saja sembari mengangguk anggukan kepalanya. malas berkomentar, lagian kalau komentar pasti akan diseruduk jean

"bang! ini gimana?! harus dikumpulin besok!" celoteh jean sembari membolak balikan kertas itu sebelum memberikannya kepada kaiser

kaiser mengambil kertas itu, dia membacanya sesaat lalu memberikannya lagi kepada jean

"it's up to you. kamu mau ikut atau tidak?"

jean berpikir, dia meletakan tangannya ke dagunya sembari mengerutkan keningnya

"ikut ajalah! ga akan diterima juga"

jean menyeringai main main, dia kemudian mengambil pulpen. memandangi kertas itu sekilas sembari memutar pulpen yang ia pegang di tangannya

jean kemudian menunduk, menulis kertas itu di lantai

jean yang tengah mengisi formulir itu, sedangkan kaiser dia hanya duduk didepannya melihat jean. tangannya kemudian dengan lembut mengusap usap rambut jean dengan tangannya

"mau tidur disini?" tawar kaiser dengan nada tenang dan santai seperti biasanya, menunggu jawaban jean tangannya masih bergerak menyisir rambutnya

"boleh! kamar lo bagus bang, iri gue" jawab jean dengan mengangguk anggukan kepalanya. sedikit setuju dengan perkataan mendiang leon dulu kalau kamarnya persis kandang sapi

"tergantung pemiliknya saja." kata kaiser blak blakan dia kemudian tertawa mengejek kearah jean sebelum menyentil dahinya dengan jarinya

"aduh! ya jangan sentil juga dong!" jean mengelak dia kemudian membalas dengan memukul pundak kaiser dengan tangannya

beberapa saat kemudian, jean akhirnya selesai mengisi formulir itu, dia berdiri lalu mengangkat kertas itu ke udara

"nyoh selesai coy!!" jean berseru, dia kemudian menaruh kertas itu ke meja belajar milik kaiser

𝐈𝐂𝐄 𝐏𝐑𝐈𝐍𝐂𝐄 [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang