“Jadikan lah istrimu alasan untuk menghilangkan rasa lelahmu.”
—Afif Rafasya As-shidiq
.
.
.
.
.Malam pun tiba, kedua pasutri yang sudah berda diatas kasur dan akan tidur kini masih mengobrol sebelum matanya lelap.
Afifah lebih banyak diam setelah bertemu Ayahnya tadi pagi, hal itu membuat Afif khawatir dengan keadaan istrinya, apalagi kini ia sedang mengandung.
"Kamu jangan pikirkan ucapan Ayah kamu tadi pagi, jangan overthingking, itu nggak baik buat perempuan hamil." ucap laki-laki ini yang menyenderkan tubuhnya pada kepala kasur.
Beda halnya dengan Afifah yang sudah merebahkan tubuhnya. "Iya, Gus."
"Maafkan ucapan Ayah waktu itu, Gus. Ayah orangnya memang seperti itu."
"Iya, saya paham. Dan sekarang, lebih baik kamu tidur, sudah malam."
"Iya, Gus."
Disela-sela keduanya akan tidur, tiba-tiba Afifah mempunyai keinginan yang entah dari mana asalnya.
"Gus," Afifah mendongkak menatap suaminya.
"Hm," Afif menaikan kedua halisnya.
"Aku boleh minta satu permintaan?" tanya Afifah dengan rasa canggung, sebab keduanya masih canggung walaupun sudah dua bulan menikah.
"Permintaan apa?"
"Tapi nggak jadi deh, aku malu."
"Kenapa malu?"
"Permintaannya aneh, Gus."
"Ngidam, ya? Kata Dokter kalo ngidam harus diturutin, kalo nggak anaknya ileran. Ngomong aja."
"Aku mau Gus buka baju, terus..."
Ucapan sang istri membuat Afif terkejut seketika, kedua bola matanya membulat sempurna. "E-eee, jangan aneh-aneh gitu, ya?"
"Nggak, Gus. Aku cuman mau tidur dipeluk sama Gus yang nggak pake baju,"
"K-kenapa minta itu?"
"Karna tubuh Gus bisa menghangatkan aku."
Afif terdiam mencoba bertenang, permintaannya bisa saja membuat dirinya khilaf, namanya juga laki-laki. Ia menghela nafasnya, lalu duduk tegag dan mulai membuka bajunya.
Perut kotak-kotak laki-laki itu membuat Afifah yang melihatnya gugup, ia mengingat kejadian malam itu, ada rasa trauma, tapi ini keinginan bayinya, toh ini suaminya bukan laki-laki itu.
"Terus, saya harus ngapain sekarang?" tanya Afif kebingungan sebab terlalu gugup.
"Y-ya tidur, Gus."
"P-peluk kamu?"
Perlahan, Afifah mengangguk.
Dengan segera lah dirinya merebahkan tubuhnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, lalu perlahan laki-laki ini menarik pinggang istrinya untuk mendekat.
Kehangatan ini mulai terasa pada tubuh Afifah, dirinya benar-benar merasa tenang, begitupun sebaliknya. Afif merasakan kehangatan dibalik selimut robot itu.
••••••••••••
Pagi harinya, perempuan yang baru saja terbangun dari tidurnya ini merasakan mual pada perutnya, sehingga membuat suaminya pun ikut terbangun. Padahal, kemarin-kemarin biasa saja, tapi sekarang ia justru merasakan mual dan kepala yang cukup sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
EspiritualSequel "Suami Rahasia" Seorang cucu pemilik pondok pesantren yang menikahi seorang santri yang mengaguminya secara diam-diam karena dilecehkan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Yang ternyata, teman dekatnya lah yang melecehkan istrinya. "Satu-s...