17. HAK SEORANG AKSA

1.2K 98 7
                                    

Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian follow akun Author terlebih dahulu!
.
.

Berikan feedback kalian dengan cara vote cerita ini!
....
"Happy reading"

.
.
.
.

Afif menoleh dan tersenyum saat sang istri ada dihadapannya. "Wa'alaikumsalam."

Afifah mencium punggung tangannya.

"Loh? Kamu kesini? Sama siapa?"

"Sendiri." jawab Afifah sembari tersenyum manis.

"Ngapain kesini? Gimana kalo kamu kenapa-napa dijalan."

"Buktinya aku nggak papa." jawab Afifah membuat Afif menghela nafasnya. "Aku takut Aa' sama Aksa bertengkar. Dan tadi aku bertemu Aksa, katanya Aa' beneran bertengkar sama Aksa?"

"Iya, dia nggak ngaku kalo dia yang memperkosa kamu."

"Aku minta, Aa' jangan masukin Aksa ke penjara, ya?" ucap Afifah membuat Afif menatap sembari mengerutkan keningnya.

"Kamu nggak mau dia dihukum yang setimpal? Kamu sudah dilecehkan, tapi kamu bilang jangan masukin dia ke penjara? Kamu nggak marah?"

"Aku marah. Aku cuman kasian sama dia, bukannya dia adalah anak tunggal yang ngurus Mama nya sendirian?"

Afif menghela nafasnya. "Kamu nggak tahu latar belakang dia, kan? Dia punya uang, dia anak pengusaha."

"Terus?"

"Ya kamu mikir lah, dia bisa lakuin apa aja dengan uangnya, termasuk lecehkan kamu tanpa dipenjara. Kalo dia nggak dipenjara, dia bisa berbuat lebih sama kamu."

"A', dia itu teman baik Aa', bukan? Kenapa Aa' ngomong kaya gitu?"

"Dulu, sekarang udah nggak."

"A', memutus tali silaturrahmi ini nggak baik. Gara-gara aku kan Aa' sama Aksa bertengkar?"

"Kamu sendiri yang bilang kalo Aksa laki-laki yang sudah memperkosa kamu, kan?"

"Iya. Tapi, jangan bawa masalah ini ke jalur hukum, masalahnya mungkin akan panjang. Kita cukup bilang sama Aksa supaya dia nggak minta anak ini pas sudah lahir."

"Yaudah, kalo itu mau kamu."

...

"Saya nggak akan bawa ini ke jalur hukum, saya nggak akan bilang sama Mama kamu kalo kamu pernah melecehkan perempuan. Tapi, dengan syarat."

"Apa?" tanya Aksa saat ketiganya berbicara dengan serius diarea taman kampus.

"Kamu jangan minta anak itu kalo anak itu sudah lahir," ucap Afif membuat Aksa mengerutkan keningnya.

"Kenapa gitu? Itu anak gue, gue berhak."

Afif menghela nafasnya. "Iya, kamu berhak. Tapi hanya sekedar Ayah dari anak itu, jangan ambil anak itu."

"Gue nggak mau tau pokoknya itu anak, anak gue dan gue berhak ambil anak itu nantinya. Kalo perlu, gue biayain semuanya. Gue beliin susu buat Afifah, gue beliin peralatan bayi, gue biayain setiap kontrol ke Dokter, gue biayain persalinan Afifah!"

"Saya masih sanggup membiayai istri saya!" tegas Afif.

"Sekarang gini aja, Afifah pilih gue atau lo? Gue bakal tanggung jawab. Kalo Afifah pilih gue, gue nikahin dia dan jamin hidup dia jadi enak."

Afifah mengerutkan keningnya. "Terlambat! Seharusnya anda berbicara seperti itu setelah anda melakukan, bukan setelah saya dinikahi oleh laki-laki lain!"

KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang