Bulan demi bulan berlalu. Kini, kandungan Afifah juga semakin terlihat dan membesar karna sudah memasuki lima bulan. Yang sering dilakukan calon Ibu ini adalah berolahraga dan jalan-jalan pagi sore. Afif tidak mengizinkannya membawa barang-barang berat, bahkan yang mengerjakan pekerjaan rumah pun Afif. Sebab, ia tak mau istrinya sampai kecapean apalagi keguguran.
Ah, iya. Bulan lalu keduanya pindah rumah, rumah pemberian dari Irish sebagai ucapan permintaan maaf karna dulu pernah meninggalkannya. Rumah dua lantai dan dikelilingi taman cantik ini membuat suasananya semakin betah.
Awalnya, Afif tak mau menerima sebab sebagai seorang suami ia tak ada harga dirinya. Tapi, ia juga memikirkan istrinya yang tidak enak jika harus tinggal bersama orangtuanya.
Malam jumat ini ditemani hujan lebat disertai angin dan petir membuat perempuan yang sedang hamil muda ini terus berjalan kesana kemari. Sebab, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tapi suaminya masih belum pulang juga, apalagi ia juga hanya sendiri dirumah.
Sampai akhirnya bumil ini membuka pintu setelah mendengar suara motor suaminya datang. Benar saja, itu suami dengan keadaan basah kuyup didalam garasi.
"Aa',"
Afif membuka helmnya dan menoleh pada sumber suara. Ia kemudian menghampiri.
"Udah malam kenapa belum tidur?" tanya Afif membuka jaketnya yang basah kuyup itu.
Afifah menyalimi tangan suaminya. "Aku nungguin Aa'," kemudian mengambil alih jaketnya.
"Kenapa?"
"Nggak bisa tidur kalo jam segini hujan dan Aa' belum pulang."
"Masuk, nanti kena hujan sakit."
"Aa'?"
"Aa' mau tutup garasi, kan nggak lucu tiba-tiba motor hilang karna garasinya nggak ditutup." ucapnya membuat Afifah terkekeh pelan.
...
"Nih, diminum biar hangat." Afifah memberikan satu gelas teh manis hangat pada suaminya yang duduk dipinggiran kasur.
Ia pun ikut duduk disampingnya sembari menatap Afif meminum teh manis hangatnya.
"Tidur, udah malam." ujar Afif mulai salah tingkah saat istrinya terus menatapnya.
Afifah tersenyum. "Kan nunggu Aa'. Kalo nggak, siapa yang mau buatin Aa' teh manis hangat?"
"Bisa buat sendiri,"
"Oh, nggak mau aku buatin? Nggak seneng istrinya dapat pahala?"
"Seneng-seneng aja." ucapnya sebelum akhirnya tersenyum dan memegang pergelangan tangan Afifah. "Mau dapat pahala yang lebih besar?"
Afifah yang sudah tau maksud Afif pun menggeleng. "Nggak." Ah, ia tak sadar bahwa malam ini malam jumat, tau gitu ia tidur duluan saja.
"Aa' tau maksud kamu nungguin Aa', karna mau nyuruh Aa' jenguk adik bayi, kan?" ucap Afif tersenyum dengan mata menyipit.
"Nggak gitu," Afifah mencoba melepaskan pegangan tangan Afif. "Aku... Aku ngantuk, A'. Mau bobo."
![](https://img.wattpad.com/cover/365082976-288-k626244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA
SpiritualSequel "Suami Rahasia" Seorang cucu pemilik pondok pesantren yang menikahi seorang santri yang mengaguminya secara diam-diam karena dilecehkan oleh laki-laki tak bertanggung jawab. Yang ternyata, teman dekatnya lah yang melecehkan istrinya. "Satu-s...