23. RINDU TAK TERBATAS

952 89 11
                                    

H A P P Y  R E A D I N G

.......

"Aa' kok dari semalam belum ngabarin, ya? Katanya setiap malam mau telfon, buktinya nggak ada kabar sama sekali. "

Perempuan yang tengah duduk sembari memegangi ponselnya ini sedang merasa resah, ia menunggu sekali suaminya menelfon dari semapam, tapi tak kunjung datang. Jangankan menelfon, memberi pesan singkat saja Afif belum ada sama sekali, hal itu membuat istrinya kesal dan geram.

Saat perempuan ini akan beranjak dari duduknya, tiba-tiba ponsel yang berada diatas meja itu berbunyi dan sontak langsung ia jawab saat melihat suaminya yang menelfon.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam. Aa' kemana aja? Kok nggak ngabarin aku?" tanya Afifah, rasanya benar-benar lega saat suaminya menelfon.

"Maaf, Aa' baru sempat ngabarin kamu. Ini aja Aa' nggak bisa lama-lama, karna lagi banyak pekerjaan."

Bibir Afifah manyun ke depan saat suaminya mengatakan itu. "Sibuk banget, ya?"

"Iya. Jadi, selama—"

Belum sempat mendengar ucapan lebih panjang, perempuan ini berlari ke kamar mandi saat kembali merasakan mual.

"Bub? Kamu kenapa? Mual, ya?"

"Bub?"

Pertanyaan itu tak dapat dijawab oleh Afifah, pun ia juga tidak mendengar. Tapi, saat kembali untuk mengobrol, telfonnya sudah mati sepihak, hal itu kembali membuat perempuan ini badmood.

••••••••••••

H

ari demi hari berlalu, perempuan yang sedang sibuk menyeterika baju-baju ini sedang merasa galau, sebab suaminya tak kunjung pulang, padahal hari ini adalah hari kepulangan suaminya, namun ia tunggu dari pagi hingga siang hari, tak kunjung pulang. Jadi, ia menyetrika saja.

Apalagi mendengar sang Paman yang sudah menemukan rumah Ibunya, ia tak sabar bercerita pada suaminya dan ingin sekali segera mendatangi rumahnya untuk memastikan.

Namun, lagi dan lagi perempuan ini merasakan mual bahkan pusing yang cukup lumayan. Ia mematikan setrikanya, lalu duduk dipinggiran kasur sembari memegangi kepalanya.

"Ya Allah... Kok aku jadi sering pusing dan mual, ya sekarang?" ucapnya. Padahal, sebelumnya ia tak merasakan mual yang berat, tapi semenjak ia melihat bahkan mengingat ayam terlindas mobil waktu itu ia menjadi lebih sensitif.

Huekkk... Huekkk...

Ia segera berlari ke kamar mandi saat akan mengeluarkan sesuatu dari mulutnya. Setelah itu ia menatap pantulan dirinya dicermin sembari memegangi kepalanya.

"Berat banget jadi orang hamil, apalagi nggak ada Ibu yang bisa ditanyai." gumamnya kembali mengingat Ibunya.

"Kalo saja aku terlahir seperti anak perempuan lain yang mempunyai kedua orangtua utuh, mungkin aku akan lebih bahagia. Sayangnya, takdirku menjadi seperti ini, hanya karna keegoisan Ibu dan Ayah." sambungnya.

"Allah itu kan sudah atur skenario kehidupan setiap hambanya. Kalo nggak bisa mendapatkan apa yang kamu mau, pasti kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari apa yang kamu mau."

Suara itu berasal dari arah pintu kamar mandi, yang mana disana sosok laki-laki dengan hoodie abu-abu dan celana hitam berdiri disana. Sontak membuat perempuan ini berbinar dan menghampiri bahkan memeluknya dengan erat.

KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang