18. 10 JUTA

1.2K 111 4
                                    

“Ditangan lelaki terhormat, perempuan hina bisa menjadi mulia. Ditangan lelaki hina, perempuan mulia bisa menjadi tak berharga.”

—Habib Ali Zaenal Abidin Al-Hamid

.
.

" H A P P Y  R E A D Y N G "

......

"Selamat pagi, perempuan paling cantik setelah Bunda."

Itu lah yang didengar oleh Afifah saat kedua bola matanya terbuka dan menampakan sosok laki-laki yang tersenyum dihadapannya.

"Bangun, yuk. Kita sholat subuh." ucapnya sekali lagi membuat Afifah yang baru tersadar itu tersenyum.

"Jam berapa?" tanya Afifah dengan suara khas bangun tidur sembari mengelus kepalanya, kemudian mengubah posisinya menjadi duduk.

"Jam setengah lima pagi," jawab Afif tersenyum.

"Aa' pulang jam berapa? Kok nggak bangunin aku?"

"Intinya, pas Aa' pulang, kamu tidur disofa, yaudah Aa' pindahin kamu aja ke kamar. Nggak tega buat bangunin."

"Emang Aa' dari mana?"

"Maaf, ya, nggak kasih tau kamu."

Afifah terdiam, sampai akhirnya ia menatap lekat pada sang suami. "Aa',"

"Kulan geulis, bageur. Kenapa, hm?"

"Aa' marah, ya sama aku?"

Afif menggigit bibir bawahnya, lalu tersenyum sembari mengelus ujung kepala sang istri. "Nggak, ngapain marah?"

"Semalam Aa' pergi tanpa bilang, pasti gara-gara Aksa, kan?"

Afif menghela nafasnya. "Maaf kalo semalam Aa' nggak bilang dulu sama kamu. Yang pasti, Aa' menenangkan diri."

Setelah bertemu dengan seorang bapak-bapak semalam dimasjid, itu membuat dirinya semakin menunjukan sikap sayangnya terhadap Afifah, ia tak lagi gengsi. Ia sekarang paham, yanh sebenarnya obat penenang adalah istrinya sendiri.

"Ayo sholat subuh dulu, nanti telat lagi." ucap Afif.

•••••••••••••

"Gue udah transfer duit buat anak gue, beliin istri lo susu supaya anak gue sehat."

Itu lah yang Afif lihat pada layar ponselnya setelah notifikasi muncul, ia menatap tak suka, lalu membuka pesan tersebut dan membalasnya.

"Saya ngga butuh. Saya masih mampu, saya balikin lagi uangnya, terimakasih."

Itu balasan Afif sebelum ia kembali mengembalikan uangnya pada Aksa, lalu menaruh kembali ponselnya.

Sedangkan Aksa, setelah mendapat balasan seperti itu dan uang yang sudah ia transfer kini dibalikan, ia mengerutkan keningnya.

"Padahal gue kasih duit itu buat anak gue sendiri, emang salah?" gumamnya yang terus melempar ponselnya ke arah kasur.

"Sayang, ayo sarapan."

Suara itu berasal dari pintu kamar yang kini terbuka dan perempuan paruh baya tengah berdiri disana sembari tersenyum.

Aksa menoleh dan menghampiri. "Ayo, Mah." ucapnya yang terus menggandeng sang Ibu.

Saat keduanya tengah makan bersama dimeja makan, Aksa menggigit bibir bawahnya sembari berfikir. Apakah ia harus berbicara soal perempuan yang ia hamili itu kini tengah hamil? Tapi, jika diberi tahu, Ibunya pasti syok, dan ia takut jika penyakit sang Ibu kambuh. Tapi, jika tidak diberi tahu pun pasti akan terbongkar suatu saat, dan ia tidak mau jika sang Ibu mengetahui ini dari orang lain ataupun Afif.

KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang