27. PERJUANGAN

1.2K 85 7
                                    

H A P P Y  R E A D I N G

......

Setelah mendapatkan kabar bahwa Afif kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit, ketiga orang ini langsung bergegas kesana.

Sesampainya disana, Alea tak henti hentinya menangis sembari memeluk Alif.

"Bunda yang tenang, kita belum tau Dokter bilang apa. Semoga saja Afif hanya luka-luka sedikit." ucap Alif sembari mengelus ujung kepala Alea yang berada dipundaknya.

Begitupun Afifah yang duduk disamping Alea mencoba menenangkannya, walaupun dirinya pun tak tenang.

Sampai akhirnya suster keluar dan Afifah menghampiri.

"Permisi, ini barang yang beliau bawa tadi." suster tersebut memberikan tote bag yang basah itu, kemudian suster kembali ke dalam.

Afifah membuka tote bag tersebut dan ia terkejut saat melihat isinya. "Ternyata ini hadiah yang mau Aa' kasih ke aku..."

Seketika ia menangis sejadi jadinya, membuat Alea dan Alif segera menghampirinya. "Kenapa?" tanya Alif.

"Hiks... Bunda..." Afifah memeluk Alea. "Ini hadiah yang Aa' maksud tadi pagi, Bunda hiks..."

"Hadiah?" gumam Alif yang terus mengambil alih barang yang Afifah pegang."Baju?"

"Beberapa hari yang lalu, kita jalan-jalan dan aku lihat baju itu dipajang didepan toko. Bajunya bagus tapi harganya mahal, tapi Aa' janji kalo ada rezeki Aa' mau belikan itu buat aku walaupun aku bilang nggak usah. Dan pagi tadi, Aa' bilang kalo dia mau beli hadiah buat aku, ternyata hadiahnya ini hiks.... Dari mana Aa' dapat uang buat beli ini hiks..." ucap Afifah sembari menangis dipelukan Alea.

Mendengar cerita dari Afifah, Alif dan Alea tak percaya bahwa putranya benar-benar sudah sangat dewasa. Yang ia pikir bocah manja, ternyata sangat dewasa. Mereka pikir, Afif akan selalu melibatkan mereka disetiap masalah rumah tangganya, ternyata tidak sama sekali.

"Anak kecil Bunda udah dewasa," ucap Alea yang terus kembali menangis.

"Permisi, dengan keluarga pasien bernama Afif Rafasya As-shidiq?"

"Iya, Dok. Bagaimana kondisi putra saya?" tanya Alif.

"Tidak terjadi apa-apa, hanya luka-luka dibagian kaki karna terperosok. Kepala tidak ada yang luka, sebab beliau memakai helm." ucap Dokter tersenyum membuat ketiga orang ini menghela nafasnya lega.

"Alhamdulillah..."

"Kita boleh masuk, Dok?" tanya Alea.

"Boleh, silahkan."

Ketiganya masuk dan menghampiri Afif yang sedang terbaring diatas brankar itu.

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumsalam."

Alea segera memeluk Afif sembari mengoceh, "Kamu ini nggak bisa apa kalo bawa motor itu pelan-pelan, bikin orang-orang khawatir aja! Syukur Alhamdulillah kamu cuman luka-luka kecil."

Afif tersenyum. "Maaf udah bikin Bunda khawatir."

Alea melepaskan pelukannya. "Lihat tuh, istri kamu nangis gara-gara kamu!"

Afif menoleh pada istrinya yang memasang wajah sedih, kemudian mendekat. "Aa' nggak papa?"

Laki-laki ini tersenyum. "Nggak papa," ucap Afif yang terus dipeluk oleh Afifah.

Kedua orangtuanya hanya tersenyum.

"Bunda kan sudah bilang, kalo bawa motor jangan ngebut-ngebut." sahut Alea.

KISAH KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang