4. Kehadiran yang Tidak Diharapkan

1.1K 87 3
                                    

Jangan lupa buat vote dan komen ya sayangku🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa buat vote dan komen ya sayangku🥰

Happy reading ❤️

Khusus hari minggu aku up 2 part hari ini🔥




Setelah pertemuannya dengan Angkasa yang memberikan kesan buruk, gadis itu berusaha mengembalikan moodnya dengan bersantai di taman ditemani oleh Sagara. Cowok itu selalu ada di manapun dia berada. Sagara adalah orang yang selalu siap datang disaat Alana membutuhkannya.

"Lo mau apa, Al? Mau es krim? Atau mau air es aja?" tawar Sagara saat mereka sedang duduk dibangku taman.

Alana menggeleng. Dia sedang tidak haus. Apalagi es krim, Alana tidak menyukainya.

"Kamu aja, Sa. Aku lagi gak pengen apa-apa."

Cowok itu cukup paham. Memang susah mengembalikan mood Alana.

Setelah pergi membeli minuman, Sagara kembali dengan membawa satu botol sprite dan permen kapas yang langsung ia berikan pada Alana.

"Buat lo. Gue tahu lo suka permen kapas, Al."

Senyum Alana mengembang seketika. Tidak butuh waktu lama bagi Alana untuk mengambil permen kapas itu dari tangan Sagara dan memakannya.

"Lo disakitin Rafka lagi?" tanya Sagara kemudian.

Tatapan mata Sagara terlihat tulus. Alana jadi tidak sungkan untuk menumpahkan semua keluh kesahnya.

"Enggak. Tapi kakak sempet ngancem aku aja pagi tadi," cerita Alana.

Sagara berubah serius. "Dia ngancem lo apa?"

"Bukan hal yang perlu dipikirkan kok. Kamu tenang aja, kalau ada apa-apa pasti aku hubungin kamu," kata Alana mencoba meyakinkan Sagara. Alana hanya tak mau Sagara terlalu mengkhawatirkannya.

"Gue bukannya mau ikut campur, Al. Tapi kalau udah sampai ngancem ngancem kayak gini, namanya udah gak beres. Gue cuma takut Lo kenapa-napa."

Alana yakin Sagara mengatakan itu tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam. Alana bersyukur meski Rafka begitu membencinya, masih ada sosok Sagara yang begitu menyayanginya. Tapi, Sagara bagi Alana hanya sahabat. Tidak lebih dari itu. Entah sebaliknya?

"Aku sangat mengenal Kakak, Sa. Kakak gak mungkin nyakitin aku. Kakak bersikap kayak gini juga karena aku yang udah buat mama sama papa malah menuduh kakak atas kesalahan yang gak dia perbuat. Kalau seandainya aja—"

"Udah, ya?" Sagara memotong kalimat Alana. Menggenggam tangannya dengan erat. "Lupain apa yang pernah terjadi dulu. Gak seharusnya lo ngelihat lagi ke belakang. Memang masa lalu ada bukan untuk di lupakan, Alana. Tapi kalau masa lalu itu buat kita trauma, apa masalahnya coba opsi pertama? Demi diri lo sendiri dan demi orang lain yang sayang banget sama lo."

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang