30. Kejujuran atau Tantangan

590 51 10
                                    


Hallo guys, author up lagi.

Maaf php terus dan maaf telat update lagi😭

Guys, aku cuma mau kasih tahu mungkin part kali ini akan terkesan boring. Karena aku mau Angkasa juga menunjukkan ketakutannya disini. Kelemahan seorang Angkasa dan lain sebagainya.

Jadi maaf ya jika part kali ini gak sesuai dengan harapan kalian atau alurnya terkesan lambat🙏

Soalnya cerita ini udah mau masuk ke konflik, jadi aku mau bikin perasaan mereka tuh kompleks.

Kayak, aku gak mau mereka mencintai tanpa alasan kuat gitu loh. Kayak mereka punya poin-poin positif kenapa mereka bisa jatuh cinta segitu dalam satu sama lain:)

Jadi selamat membaca🖤

Jangan lupa buat vote dan komen ya✨



Angkasa menerobos pintu rumah sakit. Pikiran laki-laki itu berantakan. Napasnya memburu dan jantungnya berdegup kencang. Langkah kakinya semakin ia percepat seakan lupa ada sosok lain yang berusaha mengejarnya dibelakang.

Rasa khawatir, sedih, kesal, dan emosi bercampur rata menjadi satu. Baru saja semesta membuatnya senang, baru saja malam ini akan ia habiskan dengan bahagia, tapi mengapa semuanya malah di renggut sekejap mata?

Begitu sampai di lorong ICU, mata Angkasa langsung bertemu pada sosok Elang yang duduk di kursi besi. Kedua tangannya terkepal, Angkasa berusaha menekan emosi kuat-kuat.

"Apa yang terjadi sama mama gue?" tanya Angkasa, ingin mendengar penjelasan laki-laki itu terlebih dahulu. "Kenapa dia bisa sampai kayak gini?"

Elang hanya menunduk tanpa mengatakan apa-apa.

"Jawab bangsat!" sentak Angkasa sambil menarik baju Elang. "Sejak kapan lo jadi bisu?"

Bugh!

Rahang kanan Elang menjadi sasaran empuk tinju yang Angkasa layangkan. Semua terjadi sekejap mata hingga kini, sudut bibir Elang robek berkat pukulan itu.

"Bego! Gak punya mulut lo anjing?!" Angkasa kembali menarik baju Elang dan memaksanya untuk bangun.

Elang berusaha meraup oksigen disekitarnya, tarikan baju yang Angkasa lakukan membuat dada cowok itu seperti tercekik.

"Angkasa, udah cukup!" teriak Alana yang baru saja sampai. Bukan kali pertama ia melihat sisi iblis dalam diri cowok itu.

Seolah tuli, Angkasa kembali menarik baju Elang. Persetan dengan apa yang terjadi nanti, kepalan tangan itu kembali mendarat mulus dipipi Elang. Sudah tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan laki-laki itu sekarang.

Bugh!

Kali ini pukulan dari Bagaskara melayang ke pipi Angkasa tanpa aba-aba. Laki-laki itu baru saja sampai dilorong ini bersama dengan anak-anak Abraxas yang lain.

"INI RUMAH SAKIT TOLOL! LO MAU BUAT ANAK ORANG MATI HAH?!" teriak Bagaskara berusaha menyadarkan Angkasa. "JANGAN CARI KERIBUTAN DISINI, SA!"

"SADAR! ELANG SAHABAT KITA!" tambah Skara.

"SAHABAT?!" Angkasa menyeringai, menatap tajam keduanya. "GUE GAK PUNYA SAHABAT MODELAN BANGSAT KAYAK DIA!" Jari telunjuk Angkasa tertuju pada Elang. "LO KAN YANG UDAH BUAT MAMA GUE MASUK RUMAH SAKIT?!"

"JAWAB BANGSAT!"

Elang meringis sambil mencoba bangkit. Seluruh tubuhnya terasa ngilu. Ia memejam mencoba meminimalisir rasa sakit.

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang