31. Mengubur Mimpi

640 43 17
                                    

Hallo guys maaf baru update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys maaf baru update

Ada banyak kendala soalnya. Wattpad suka eror beberapa hari ini 😭

Maaf ya

Semoga part kali ini kalian suka.

Tenang, belum ke konflik kok hehe.

Jangan lupa buat vote dan komen ya✨

Selamat membaca🖤



Suasana di dalam ruang rawat pagi itu terasa sunyi, hanya terdengar bunyi monoton dari elektrokardiogram. Aroma antiseptik yang khas langsung menguar di udara.

Mama masih belum juga sadarkan diri sejak tiga hari lalu. Tapi kondisinya berangsur-angsur membaik. Meski sempat mengalami henti jantung, beruntungnya tuhan mengabulkan keinginan Angkasa agar tidak merenggut mama darinya.

Laki-laki berseragam sekolah putih abu itu mendekat, memperhatikan naik turun dada mama yang bernapas teratur, seirama dengan bunyi dari mesin di sampingnya.

Beberapa saat berdiri di sisi ranjang, Angkasa memutuskan untuk pergi. Ia berbalik dan melangkah menuju pintu. Tepat saat tangannya meraih gagang, pintu terbuka dari luar. Angkasa bertatapan langsung dengan manik mata itu. Tatapan yang memiliki rupa persis seperti Angkasa.

Papa.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun,  Angkasa hanya melewati Arga begitu saja. Ia keluar dari ruangan dengan langkah cepat, meninggalkan Arga yang terpaku di ambang pintu.

Kemarin, sempat terjadi perselisihan tegang antara dirinya dan Angkasa. Semua kalimat yang putranya lontarkan membuat Arga termenung. Melihat kondisi mantan istrinya yang semakin mengkhawatirkan, Arga ingin meminta izin pada Angkasa untuk memperbaiki ulang semuanya. Semua bukan tanpa pertimbangan, cukup lama Arga berpikir matang-matang.

"Gak ada yang perlu di perbaiki, pa! Gak ada yang perlu dijelasin!" bentak Angkasa saat keduanya berada dilorong rumah sakit. "Papa tahu, dulu berapa lama saya berharap Papa akan kembali? Berapa kali saya memimpikan keluarga kita utuh lagi?"

"Tapi setiap kali saya bangun, kenyataan bangsat ini menampar saya! Sekarang Papa meminta kesempatan kedua? Atas dasar apa saya harus mempercayai Papa lagi?"

"Tahun-tahun yang hilang itu gak bisa dikembalikan, Pa! Masa lalu yang hancur gak bisa diperbaiki! Dan gimana dengan Mama? Apa Papa pikir Mama akan dengan mudah memaafkan Papa setelah semua yang terjadi?" Angkasa mengepalkan kedua tangannya. Berusaha menekan emosi kuat-kuat. Berusaha menelan pahitnya kenangan yang menghantam habis-habisan.

"Papa tahu apa yang paling menyakitkan dari semua ini? Bukan kehilangan kedua saudara saya, bukan melihat Mama hancur, tapi menyadari bahwa ayah yang selama ini saya kagumi ternyata adalah seorang pengecut!"

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang