26. Memperjuangkan untuk Selamanya

773 72 25
                                    

Hallo guys author up lagi✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys author up lagi✨

Maaf ya baru publish. Karena ketiduran 😭

Untung bangun walau tengah malam wkwkwk

Jangan lupa buat vote dan komen ya✨

Selamat membaca guys🖤

Oh iya, part kali ini kupersembahkan khusus buat Angkasa dan Alana🖤



Sebentar lagi akan turun hujan, tapi tidak ada niatan bagi Alana untuk berteduh. Perbuatan Angkasa tadi membuat moodnya berantakan. Bisa-bisanya Angkasa membohonginya dengan cara seperti itu. Alana tidak mengerti apa maksud Angkasa melakukan semua ini, tapi yang jelas, perbuatan nya bukanlah hal yang bisa di bercanda kan.

"Cantik, sendirian aja nih?" goda laki-laki asing saat mereka berpapasan.

Alana tidak merespon, menatap pun enggan. Orang-orang seperti ini tidak pantas untuk diladeni.

Merasa diabaikan, laki-laki itu kembali menggodanya. "Gak mau ikut abang nih?"

"Pergi," tekan Alana, merasa terganggu.

"Jutek amat." Sebelum tangannya sempat menyentuh tubuh Alana, satu bogem mentah lebih dulu melayang ke wajahnya.

Bugh!

"Bangsat!"

Jantung Alana berdebar cepat melihat tindakan Angkasa barusan. Apalagi saat Angkasa menindih tubuh laki-laki itu dan menghajarnya tanpa ampun.

"Berani lo sentuh dia hah?!"

"Angkasa, udah cukup," perintah Alana melihat orang yang Angkasa hajar sudah babak belur tak berdaya berkat pukulannya.

Kini mereka menjadi pusat perhatian semua orang.

Angkasa berdiri dan mengalihkan pandangannya pada Alana. Wajah gadis itu pucat pasi. Meski ini bukan kali pertama, tetap saja kekerasan bukanlah hal yang biasa baginya.

Mengambil kesempatan, laki-laki yang Angkasa pukuli barusan langsung bangkit dan berlari terseok-seok.

Angkasa tidak memperdulikan karena yang menjadi fokus utamanya sekarang hanya Alana.

"Gue antar lo pulang," titah Angkasa.

Alana menepis tangan Angkasa dan pergi menjauh. Tidak menyerah, Angkasa kembali menahan tangan Alana.

"Aku bisa pulang sendiri," tolak Alana. Lagi-lagi menepis tangan Angkasa yang berusaha menggapainya.

"Sorry." Angkasa melunak. Mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Alana yang berjalan begitu cepat. "Lo masih marah sama gue?"

Setelah kebohongan tadi? Tentu saja Alana marah.

"Lihat gue," pinta Angkasa namun Alana tidak menoleh sedikitpun. "Tampar gue sepuas lo, Al. Pukul gue sepuas lo. Kalau itu bisa bikin hati lo lega," kata Angkasa. Dia meraih tangan mungil itu hingga Alana memutuskan untuk menghentikan langkahnya.

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang