18. Pertemuan ini adalah Takdir?

853 70 41
                                    

Hallo guys author up lagi✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hallo guys author up lagi✨

Maaf hari ini lagi-lagi cuma bisa update 1 part:)

Kemungkinan untuk minggu-minggu ini satu part dulu ya guys perhari. Lagi dikejer dl tugas soalnya😭

Dah selamat membaca guys✨

Jangan lupa vote dan komen ya🖤



Angkasa kembali ke basecamp untuk mengecek kondisi teman-temannya yang lain. Semua selamat. Hanya Utara yang kakinya terluka karena goresan senjata tajam dari salah satu anak buah Edgar.

"Edgar gak bisa kita diemin, kurang ajar tuh orang. Lihat temen kita jadi gak bisa jalan," runtuk Davin sambil menatap kaki kanan Utara yang diperban.

"Gimana? Kita mau biarin Edgar gitu aja setelah dia rusakin sekolah kita?" tanya Bagaskara.

"Tenang, anak buah Edgar udah ada yang ketangkep. Bentar lagi gue yakin mereka bakal nyeret Edgar waktu diinterogasi sebagai dalang dari kerusuhan di sekolah kita," sahut Skara. Sebelum mereka kabur meninggalkan area sekolah, Skara memang sempat melihat salah satu anak buah Edgar diseret kedalam mobil polisi.

"Kita tetap harus waspada. Edgar pasti gak bakal tinggal diam. Dia selalu punya trik kotor buat dapetin apa yang dia mau," tanggap Lio.

"Koordinasi dengan yang lain. Pastikan semua pintu keluar masuk sekolah diawasi. Gue gak mau ada celah sedikit pun buat Edgar atau anak buahnya masuk lagi," instruksi Angkasa.

"Gimana, Sa? Lo sendiri yakin anak buahnya bakal nyeret dia?" tanya Matthew skeptis.

"Polisi gak bakal lepasin mereka sampai dapet informasi yang cukup. Apalagi dari kabar yang gue denger, kepala sekolah udah bawa kasus ini ke jalur hukum," jelas Angkasa.

Bagaskara menepuk bahu ketuanya. "Kita percayain sama lo, Sa. Kalo lo bilang kita aman, berarti kita aman."

"Kalau gue yang bilang aman?" sahut Jonathan meminta tanggapan. Muka cengonya membuat siapa saja yang melihat tidak tahan untuk menghujat.

"Berati kita semua gak aman," kata Bagaskara memberi kesimpulan.

Jonatan mendengus mendengar jawaban itu. Sementara Davin menepuk-nepuk bahunya pelan.

"Sabar, Jon. Resiko punya muka kayak beruk. Jadi kita semua takut nasib kita ikutan buruk," ucap Davin mengundang tawa yang lain.

"Kampret!"

"Lo semua pulang aja kalau mau pulang. Malam ini biar gue sendiri yang jaga di basecamp," putus Angkasa menimbulkan decak protes mereka semua.

"Kok lo sendirian, Sa? Gak, gak, gak," tolak Bagaskara. "Gue temenin."

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang