29. Momen di Malam Karnaval

712 52 20
                                    

Hallo guys✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys✨

Author up lagi. Maaf ya lama, maaf suka php😭

Tapi tenang part kali ini panjang. Terkhusus buat Angkasa sama Alana seperti yang sudah ku janjikan sebelumnya ✨

Heheh author kasih yang manis-manis dulu ya

Jangan lupa buat vote dan komen ✨

Happy Reading 🖤



Malam ini para inti Abraxas berkumpul di basecamp. Mereka sibuk melakukan kegiatan masing-masing. Ada yang sibuk bergelut dengan rumus Matematika, ada yang sedang bermain PlayStation, membaca buku, bernyanyi, dan masih banyak lagi.

Suasana dibasecamp memang tidak pernah sepi. Setiap hari mereka menghabiskan waktu disini. Bagaimanapun juga, basecamp adalah rumah kedua yang mereka punya. Tempat dimana mereka bisa menemukan apa yang selama ini hilang. Tempat mimpi-mimpi besar lahir dan diperjuangkan bersama. Tempat dimana mereka mengenal arti dari persaudaraan.

Disini, mereka bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi. Berbagi tawa dan tangis yang tidak bisa mereka tunjukkan di dunia luar. Keluarga yang selama ini mereka dambakan. Keluarga yang saling mengerti dan menerima kekurangan masing-masing.

Keluarga tidak selalu berarti memiliki ikatan darah kan? Keluarga juga bisa hadir dari orang-orang dan tempat yang paling tidak terduga.

Suara merdu Bagaskara menggema di penjuru basecamp. Laki-laki itu menyanyikan lagu Duka-Last child, membuat beberapa orang disana juga ikutan bernyanyi. "Kau membunuhku dengan kepedihan ini... Kau hempaskanku kedalam retaknya hati... Hingga air mata tak mampu tuk melukiskan perih... Yang kau ukir dalam hati ini..."

Bagaskara memejamkan mata. Lagi-lagi semua kenangannya saat bersama Sara kembali berputar memenuhi isi kepalanya.

Kali ini, Matthew melanjutkan lirik selanjutnya. "Kau hancurkan diriku saat engkau pergi... Setelah kau patahkan sayap ini... Hingga ku takkan bisa tuk terbang tinggi lagi... Dan mencari bintang yang dapat menggantikan mu..."

Serempak, Davin, Utara, Jonathan juga Skara ikut bernyanyi membuat suasana di ruangan itu semakin hidup. "Sampai kini masih kucoba... Tuk terjaga dari mimpiku... Yang buatku tak sadar bahwa kau bukan lagi milikku... Walau hati tak akan pernah... Dapat melupakan dirimu... Dan tiap tetes air mata yang jatuh kuatkan rinduku..."

Lalu, suara Bagaskara memelan. Menghayati setiap kata, seolah-olah lirik itu mewakili perasaannya sendiri. "Pada indah bayangmu... canda tawamu...  Pada indahnya duka dalam kenangan kita...."

"Kit heart," Lirih Bagaskara dramatis sambil memegang dadanya setelah memetik senar terakhir. Cowok itu tiba-tiba teringat pada satu kutipan novel yang pernah ia baca.

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang