8. Hukuman di Hari Senin

848 81 9
                                    

Hallo guys author hadir lagi🤗✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys author hadir lagi🤗✨

Jangan lupa buat vote dan komen ya🥰

Happy Reading❤️




Hari senin, hari paling menjengkelkan dari hari-hari yang pernah ada. Karena setiap hari senin disekolah, akan selalu ada kegiatan yang namanya 'Upacara'. Apalagi bagi para bocah-bocah berandal seperti Angkasa dan teman-temannya, hari senin menjadi hari paling favorit bagi mereka untuk bolos.

Selain karena malas mendengar bacotan tiada henti dari pembina upacara pada sesi amanat, mereka juga malas harus membiarkan diri berpanas-panasan dibawa matahari yang menyengat. Bisa-bisa luntur aroma dari maskulin yang mereka pakai karena dibanjiri keringat.

Seperti yang kalian ketahui, suasana hati Angkasa itu suka berubah-ubah. Entah kemasukan setan apa cowok itu hari ini lebih memilih upacara dibanding bolos.

Kalau kata Angkasa sih gini, "Setiap hari kita harus merubah diri kita ke versi yang lebih baik dari versi sebelumnya."

"Emang lo bawa topi?" tanya Skara skeptis.

"Enggak," jawab Angkasa dengan santai.

"Jangankan topi, dasi aja gak dia pakek," sahut Utara sambil geleng-geleng kepala. "Lihat nih gue."

"Lengkap?"

"Gak pakai atribut sama sekali," sambung Utara membuat teman-temannya mendengus pelan.

"Sesat!"

Namun lihatlah, ucapan tidak berjalan sesuai tindakan. Hanya sebentar, sikap Angkasa kembali seperti semula. Bukannya turun ke lapangan, Angkasa malah merampas topi sekolah yang Alana kenakan.

"Angkasa, itu topi aku!" teriak Alana menyadari bahwa Angkasa telah mengambil topinya.

Angkasa mengangkat topi itu ke atas hingga Alana berjinjit untuk berusaha mendapatkannya. Namun lagi-lagi, Angkasa menjadi sosok dengan kepribadian berbeda. Angkasa yang selama ini dingin, kejam dan menakutkan, kali ini berubah menjadi pribadi yang lebih menjengkelkan dan selalu mengganggu apapun yang Alana kerjakan.

Sepertinya, cowok itu menyimpan dendam atas kejadian di lorong sekolah hari sabtu kemarin.

"Angkasa balikin!" Justru, Angkasa malah melempar topi itu hingga tersangkut di dedaunan pohon. "Angkasa!" Jerit Alana sambil memandang naas topinya diatas sana. "Terus aku mau upacara gimana?"

Angkasa mengedikan bahu singkat. "Urusan lo, bukan urusan gue."

"Angkasa jangan kabur!" lirih Alana frustasi.

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang