28. Hari Buruk dan Penyesalan Masa Lalu

753 58 43
                                    

Guys maaf ya telat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guys maaf ya telat. Tadi author revisi dulu. Banyak typo bertebaran soalnya😭🙏

Semoga part kali ini dapat mengobati rindu kalian ya✨

Semoga kalian suka

Jangan lupa vote dan komen✨

Happy Reading 🖤



Jam istirahat tiba. Angkasa buru-buru menuju rooftop. Cowok itu bersandar pada dinding sambil menghidupkan satu batang rokok. Ia sudah menahan diri sejak pagi tadi, dan sekaranglah waktu yang tepat untuk melampiaskan semuanya.

Sagara. Kedatangannya membuat rahang Angkasa mengeras seketika. Emosi cowok itu tidak dapat dikendalikan lagi hingga pelipis Sagara menjadi sasaran empuk untuk Angkasa meluapkan emosi.

"Gue udah kasih peringatan tegas sama lo bangsat!" bentak Angkasa, menarik paksa tubuh Sagara untuk bangun sebelum bogem mentah mendarat di perut Sagara. "Jangan gangguin hubungan gue sama Alana, kenapa lo masih keras kepala hah?!" teriak Angkasa. "Lo mau main-main sama gue?!"

Angkasa kembali menghantamkan tinjunya yang berhasil membuat tubuh Sagara ambruk. "Maksud lo apa dengan kirim pesan sialan kayak gitu?!" sentak Angkasa. Nafasnya semakin memburu. "Cara main lo sampah bangsat!"

"Masih gak mau ngomong lo anjing?!" Angkasa menyeringai. Menarik Sagara lagi dan mendorong tubuh cowok itu ke dinding. "Lo pikir lo bisa ngerusak hubungan gue sama Alana kayak lo ngerusak hubungan gue sama Kala dulu?!"

"Jangan mimpi!" Kali ini tidak tanggung-tanggung, kaki kanan Angkasa terangkat dan menendang dada Sagara dengan kuat hingga terbatuk.

Angkasa benar-benar akan menghabisinya. Sagara sudah melewati batas yang tidak bisa diampuni. Tidak akan ia biarkan siapapun mengusik apalagi merenggut sesuatu yang jadi miliknya.

Sagara meringis. Pukulan Angkasa berhasil membuat tubuhnya remuk redam. "Gue tahu lo brengsek, Sa! Lo ngajak jadian Alana disaat lo baru putus sama Kala, gimana gue bisa yakin kalau kehadiran lo bukan semata-mata buat jadiin Alana bahan pelampiasan?!" balas Sagara mengatakan hal yang sedari tadi ia tahan. Memang itu alasan sebenarnya.

"Tahu apa lo soal gue hah?!" Angkasa menatap rendah Sagara dengan urat-urat lehernya yang mencuat. "Pengkhianat kayak lo emang pantas dihabisi!" Sudut bibir Angkasa tertarik sebagai isyarat senyum remeh. "Gak salah gue keluarin lo dari Abraxas. Harusnya gue sadar dari awal orang kayak lo pantes dijadiin sahabat!" Angkasa kembali menghadiahi Sagara dengan tinjunya.

"ALANA MILIK GUE DAN SELAMANYA AKAN JADI MILIK GUE! MANUSIA SAMPAH KAYAK LO GAK PANTAS MERAGUKAN ITU!"

Bukannya memberi perlawanan, Sagara malah terkekeh. "Kita lihat aja nanti. Apa omongan lo emang pantes di pegang?"

November BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang