kalian SAS kapan ciso?
Happy reading 🌷🌷Bau obat-obatan menjadi hal biasa ketika kita mengunjungi tempat ini. Banyak cerita bagi orang-orang yang pernah mengunjungi tempat ini. Baik hal bahagia maupun hal yang menyedihkan.
Seperti halnya dua sejoli yang tengah asik membagi cerita di ruang bercat putih dengan seorang laki-laki tengah mengupas buah apel.
Sedangkan sang gadis tengah duduk bersandar pada brankar rumah sakit dengan pandangan yang fokus ke arah layar besar menampilkan sebuah film.
Pagi yang cerah ini membawa Abin mengunjungi sang kekasih yang tengah sakit. Kebetulan hari ini weekend jadi ia bisa menemani Kara di rumah sakit.
"Orang tua kamu udah tau?" Kara yang tengah mengunyah apel seketika berhenti.
"Mungkin bibi udah ngasih tau mereka." Kara menerima potongan apel yang sudah Abin kupas.
"Kenapa gak coba hubungi mereka, siapa tau bibi lupa ngasih kabarnya."
"Percuma, mau aku sekarat pun mereka gak akan peduli." jawaban Kara sukses membuat Abin kesal.
"Kamu ngomong apaan sih!" ucap Abin kesal, lalu membuang kulit apel kedalam tong sampah.
"Itu kenyataan, mereka gak akan peduli. Yang mereka pikirkan cuma kerja."
Setelah mencuci tangan Abin lantas kembali ke tempat duduknya yang berada tepat di samping tempat tidur Kara.
"Coba aja dulu sayang, siapa tau mereka mau pulang sebentar buat nengok anak cantiknya," ujar Abin tersenyum manis.
Kara menghela nafas lalu ia mengangguk, lantas ia pun mengambil handphone dan segera mencari kontak ibunya. Butuh beberapa menit untuk menghubungi ibunya.
"Hall-"
"Hallo sayang, bibi bilang kamu di rumah sakit?"
"Iyaa, aku di rumah sakit."
"Maaf ya mama belum bisa nemenin kamu di sana, kerjaan mama di sini masih banyak banget. Nanti kamu kirim aja berapa biaya rumah sakitnya ya."
Kara tak menjawab lagi, ia lantas mematikan panggilan dengan sepihak. Ia lantas menatap ke arah Abin, pandangan mereka bertemu.
"That see? Bahkan dia gak nanyain gimana keadaan aku. Aku bingung sebanyak apa kerjaan mereka sampai gak bisa pulang buat jenguk anaknya yang sakit." Abin menghela nafas, ia jadi bersalah karena membuat Kara kecewa akan harapannya.
Ia lantas bangkit dan langsung memeluk Kara. Kara yang mendapatkan pelukan secara mendadak lantas membalas pelukan Abin, ia membenamkan wajahnya di dada bidang milik Abin.
"Aku minta maaf, aku gak tau kalo respon orang tua kamu kayak gini, yang malah bikin kamu tambah kecewa," ujar Abin sembari mengelus rambut panjang Kara.
"It's oke, gue udah sering di giniin kok. Jadi udah kebal sama rasa kecewa dari mereka." Abin melepaskan pelukannya dan menatap Kara.
"Kok lo gue sih?"
"Kenapa? Lagian aneh tau pakai aku-kamu." kekeh Kara, ia merasa sedikit asing dengan panggilan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀
Teen Fiction⚠️𝟏𝟖+ 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫⚠️ 𝐀𝐭𝐦𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐬𝐚, 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐢𝐬𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐧𝐣𝐚𝐧𝐚 𝐲𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐝𝐲𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐤𝐬𝐢 𝐛...