¹⁷

49 15 15
                                    

Ternyata cerita ini udh jalan 17 part, semoga para penduduk ciso suka sama part ini🐳
Happy reading 🌷🌷

Baru saja memasuki rumah Kara sudah di sambut oleh pertengkaran kedua orangtuanya. Ibunya yang nampak menangis, dan ada pecahan pot bunga yang berserakan.

"Kamu kira aku bodoh sampai gak tau kelakuan kamu di luaran sana! Aku berusaha menepis pikiran buruk tentang kamu, tapi apa yang aku liat ternyata emang benar adanya!" ucap Vania masih dengan tangisannya.

Kara lantas mendekati ibunya."Ini ada apa mah?"

"Papah kamu, dia gak pulang seminggu ternyata lagi sama selingkuhannya!" jawab Vania menatap ke arah Bagas.

Kara menatap papanya yang hanya diam saja, seminggu sudah ia tak melihat wajah sang papa. Ternyata ini alasannya Bagas tak pulang ke rumah.

"Ini gak seperti yang kamu pikirkan Vania, dia hanya rekan kerja aku." Bagas mencoba membela dirinya.

"Jalan berduaan di mall, pulang bareng itu yang namanya rekan kerja HAH!?"

"Selama ini aku kira kamu emang beneran sibuk, ternyata emang sibuk sama selingkuhan kamu!?"

"Apa yang mama bilang itu benar pah?"

"Kara..."

"Jawab jujur pah!" Bagas hanya diam ketika putrinya membentak dirinya

"Aku beneran gak nyangka papah bisa ngelakuin hal bodoh kayak gitu," ucap Kara menatap tajam ke arah Bagas.

Kara memeluk ibunya dari samping,"Apa yang kurang dari mama? Dia rela ikut papa kerja kemanapun sampai-sampai ninggalin aku di rumah sendirian."

"Papa beneran bodoh banget, mama yang nemenin papa dari 0 dan sekarang papa malah selingkuh sama orang yang cuma pengen duit papa aja. DIMANA OTAK PAPA!" mau Kara di bilang tidak sopan ia tidak peduli.

Walaupun Vania sering meninggalkan dirinya di rumah sendirian ia tetap saja kasihan melihat Vania yang menangisi kelakuan ayahnya.

"Udah mah kita ke atas aja, dan papa pergi aja gak usah pulang sekalian. Bukannya pulang bikin senang, malah bikin rusuh!"

Kara mengajak Vania untuk ke kamar guna menenangkan pikirannya. Sedangkan Bagas masih diam di bawah sembari menatap punggung istrinya dan juga anaknya.

Pantas saja akhir-akhir ini Vania lebih sering mengurus butik seorang diri. Biasanya dimana pun ayahnya kerja Vania pasti ikut menemaninya, dan selama ini Vania dan Bagas terlihat baik-baik saja. Jujur saja Kara tidak habis pikir dengan kelakuan ayahnya, dengan diamnya saja sudah membuktikan jika apa yang di ucapkan Vania memang benar adanya.

Kara tidak mengerti apa yang kurang dari Vania hingga Bagas memilih mencari wanita lain. Ternyata hubungan terlihat baik-baik saja tidak menjamin seseorang untuk tidak berpaling dari pasangannya.

•••

Ini pertama kali setelah sekian lama Kara makan malam bersama keluarganya, namun bukan suasana ini yang ia inginkan. Ia menatap bergantian ke arah Bagas dan Vania, terlihat mata Vania bahkan masih sembab sehabis menangis tadi sore.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang