Happy silent day ciso🐳 biarkan bumi istirahat sebentar🪄
Happy reading 🌷🌷Sekitar 20 menit motor Abin sampai di pasar malam, Kara pun turun dari motor Abin. Banyak sekali wahana permainan di sini, namun fokus Kara hanya ke bianglala tersebut.
"Udah?" tanya Abin, Kara mengangguk lantas mereka pun memasuki pasar malam, begitu ramai orang-orang di dalam sini.
Abin menggenggam tangan Kara namun kali ini Kara tidak terkejut, mereka mulai menelusuri tempat-tempat yang menurut mereka menarik.
"Mau beli permen kapas?" tanya Abin ketika melihat pedagang permen kapas.
"Boleh." mereka pun menuju ke pedagang tersebut.
"Pak, permen kapasnya 2." pedagang tersebut lalu mengambil 2 bungkus permen kapas.
"Berapa pak?"
"20rb mas." Abin menyerahkan uang, selesai membayar mereka pun lanjut berjalan-jalan.
Hingga tibalah mereka di tempat pemain bekel. Abin membayar 15ribu untuk 21 bekel. Abin juga menyuruh Kara untuk menggelindingkan bekel tersebut. Bekel itu berhenti di gambar produk minuman. Abang-abang tersebut mengambil minum sesuai pada foto bekel itu berhenti.
Sekitar 15menit baru Abin dan Kara menyelesaikan permainan itu. Tidak banyak jajanan yang mereka dapatkan, kebanyakan bekel tersebut jatuh di dalam lubang-lubang.
Mereka pun melanjutkan perjalanan, semakin malam semakin ramai orang berdatangan. Entah membawa pasangan atau keluarga kecil mereka.
"Ayo naik bianglala." ajak Abin ketika mereka sampai di depan besi yang berputar, Kara mengangguk semangat, ia sedari tadi ingin sekali menaiki bianglala.
Mereka pun pergi menuju tempat tiket, karena terlalu ramai Kara bahkan sempat tersenggol, Abin dengan sigap menahan bahu Kara.
"Gapapa?"
"Gapapa kok." Abin mengangguk, lantas ia pun membeli 2 tiket untuk bisa menaiki bianglala tersebut.
Mereka menunggu giliran untuk naik, sekitar 5 menit baru mereka mendapatkan giliran. Kara lebih dulu naik setelah itu baru Abin menyusul.
Posisi mereka berhadap-hadapan, di tangan Kara masih menggenggam kresek yang isinya jajanan hasil permainan bekel. Tak lama bianglala pun berjalan, Kara tampak kagum melihat ribuan orang-orang yang berada di bawah.
Abin pun juga sama, ia berdecak kagum melihat pemandangan dari atas. Langit yang cerah di tambah bulan sabit yang menemani mereka. Belum lagi pemandangan lampu-lampu dari pencakar langit yang indah.
Namun ketika sampai di atas tiba-tiba bianglala berhenti, Kara yang terkejut lantas menggenggam erat-erat tempat duduknya, bahkan kresek yang ia pegang juga terjatuh.
Abin segera mendekat ke arah Kara dengan hati-hati tak lupa mengambil barang yang terjatuh ia pun lantas menaruhnya di kursi sebrang, entah setan apa yang merasukinya tiba-tiba Abin memeluk Kara dari samping berusaha menenangkan Kara.
Kara tidak menolak bahkan semakin mengeratkan pelukannya pada Abin, wajahnya ia sembunyikan di dada bidang Abin. Kara bukan lah orang yang takut ketinggian namun entah kenapa ketika bianglala berhenti di atas ketakutannya kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀
Teen Fiction⚠️𝟏𝟖+ 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫⚠️ 𝐀𝐭𝐦𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐬𝐚, 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐢𝐬𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐧𝐣𝐚𝐧𝐚 𝐲𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐝𝐲𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐤𝐬𝐢 𝐛...