³¹

43 5 2
                                    

Mereka yang tinggal dalam lingkungan toxic adalah mereka yg kuat akan hinaan dan cacian dari orang-orang yang mereka anggap keluarga-J

Happy reading 🌷 🌷

Pagi hari yang cerah, matahari mulai mengintip dari ufuk timur memancarkan sinar keemasan yang hangat. Udara begitu terasa segar dengan kicauan burung yang saling bersahutan

Di gerbang sekolah, satu per satu siswa mulai berdatangan, di sambut dengan hangatnya senyuman dari petugas keamanan serta beberapa guru yang berlalu-lalang. Beberapa berjalan beriringan dengan teman-teman sekelas bahkan secara terang-terangan ada yang bergandengan tangan dengan kekasihnya.

Sama halnya dengan pasangan ini, mereka berjalan beriringan sesekali menyapa orang-orang yang mereka kenali.

"Pagi buk!" Mereka dengan serempak menyapa guru yang berdiri tak jauh dari arah gerbang.

"Pagi juga, nah gini kan enak. Datang pagi-pagi, pakaian gak urak urakan, kan saya gak perlu ngeluarin tenaga ekstra buat menghukum kamu." Guru yang kerap menangani murid bandel kini tersenyum manis menatap anak didiknya.

"Kalo ibu enggak menghukum saya, ibu gak ada kerjaan dong?" tanya gadis itu menaik turunkan alisnya.

"Kata siapa! Murid bandel di sekolah ini banyak, bukan kamu aja Kara."

Gadis itu Lengkara bersama kekasihnya, Abin. Setelah 1 minggu absen karena sakit akhirnya ia kembali bersekolah. Selama masa penyembuhan Kara hanya terkurung di dalam rumah bersama para art nya. Namun terkadang Abin juga menjenguk nya selama masa penyembuhannya.

Ketika ingin bersekolah pun ada sedikit drama yang terjadi, Abin tidak mengizinkan Kara untuk bersekolah terlebih dahulu karena khawatir akan kesehatan yang kembali menurun.

Namun namanya Lengkara si keras kepala mana mau mengikuti kemauan Abin. Ia tetap kekeuh ingin bersekolah dengan alasan bosan berdiam diri di rumah.

Akhirnya Abin lah yang mengalah, namun Abin membuat sebuah kesepakatan untuk Kara. Ia melarang Kara untuk mengonsumsi makanan pedas dulu, minimal sebulan itupun masih dalam pengawasan Abin. Karena takut hal kemarin terulang kembali.

Tiga hari setelah Kara keluar dari rumah sakit, ia malah memasak mie instan dengan 5 cabai sekaligus tanpa sepengetahuan dari Abin. Awalnya biasa-biasa saja, namun setelah beberapa jam ia mengeluh perutnya sakit. Abin lantas membawa Kara kerumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan. Sang dokter memberi tau jika lambungnya kembali terluka, mungkin karena ada makanan pedas yang di konsumsi.

Mendengar penjelasan dari dokter membuat Abin marah, mendiaminya selama dua hari penuh. Abin yang selalu menjenguk kini tak lagi datang kerumah atau sekedar memberi kabar. Kara uring-uringan karena baru pertama kali melihat Abin marah, maka dari itu keesokkan harinya Kara meminta maaf, tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.

Awalnya Kara menolak kesepakatan yang di berikan oleh Abin. Bayangkan saja, mulutnya hampir setiap hari di masukan cabai kini ia haru menahan selama kurang lebih 1 bulan tidak memakan cabai? Mulutnya pasti akan terasa hambar nanti.

"Ternyata Abin membawa pengaruh baik pada kamu, jangan putus dulu ya biar tugas saya gak banyak," gurau bu Lestari menatap sejoli di depannya.

"Males ah, nanti ibu makan gaji buta." Setelah mengatakan hal tersebut Kara lantas menarik tangan Abin untuk berlari sebelum guru itu marah.

"LENGKARA!" Teriak buk Lestari mengundang tatapan dari para murid yang berlalu lalang.

"Sabar, orang sabar gak janda lagi." Guru itu mengelus dadanya dengan mata terpejam, berharap dapat menghilangkan rasa kesalnya pada murid bandel itu.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang