Jangan lupa tekan bintang di pojok⭐
Happy reading 🌷🌷Sudah tiga hari sejak pertengkaran antara Kara dengan Abin yang berakhir Abin salting, sejak saat itu Kara tidak lagi mendapatkan kabar dari Abin.
Dibalik seblak yang di belikan oleh Abin ternyata itu hanya sebuah sogokan karena Abin yang akan pergi untuk beberapa waktu.
Waktu seakan berjalan lambat, tiap detik rasanya begitu lama. Kara terus melihat roomchat nya dengan Abin berharap ada pesan masuk dari lelaki pemilik senyum kotak tersebut.
Pikirannya melayang, penuh dengan berbagai skenario yang semakin membuat hatinya gelisah. Apakah ia tiba dengan selamat di sana? Apakah ia baik-baik saja? Pertanyaan itu terus berputar didalam benak Kara, membuat hari-harinya terasa suram.
Kara kembali mengecek handphonenya, banyak pesan yang ia kirim namun satupun tidak ada yang di balas atau bahkan sekedar dibaca.
Abin pergi kerumah saudaranya yang berada di luar kota. Adik dari ibunya akan melangsungkan pernikahan, tentunya Abin dan sekeluarga pergi kesana untuk membantu persiapan.
Abin sama sekali tidak memberikannya kabar, padahal sebelum pergi Abin janji ketika sudah sampai ia akan langsung mengabari Kara.
Ini pertama kali untuk Kara memulai hubungan jarak jauh, jadi wajarkan bila banyak pikiran negatif bermunculan di kepalanya.
"Dia sesibuk itu sampai gak bisa ngabarin gue sebentar aja?" gumamnya menatap nanar handphone yang berada dalam genggamannya.
Kara lantas bangkit dari tempat tidurnya, jam baru menunjukkan pukul 7 malam.
Ia memutuskan untuk pergi ke taman sekedar mencari udara segar. Ia berjalan menuju lemari pakaiannya, memilih jaket ringan untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya angin malam, tidak lupa juga mengambil celana panjang hitamnya.
Setelah berganti pakaian ia mengambil handphonenya dan segera turun kebawah. Sebelum keluar tak lupa ia berpamitan kepada bik Inem.
Kara menuju garasi untuk mengambil kendaraannya. Motornya perlahan keluar dari pekarangan rumahnya.
Suasana malam membawa nuansa yang tenang, langit gelap dihiasi oleh bintang-bintang yang tampak seperti titik-titik cahaya kecil, sementara bulan bersinar lembut, menerangi jalanan yang berisi kendaraan baik beroda dua atau beroda empat. Udara terasa lebih dingin, sejuk menyelimuti kulit.
Sekitar 15 menit akhirnya Kara sampai di taman.Taman malam ini cukup sepi, tidak seperti di hari weekend. Hanya ada beberapa orang yang berada di sekitaran taman ini.
Kaki Kara melangkah ke sebuah kursi taman yang terlihat kosong. Tubuhnya ia dudukkan pada kursi kayu panjang tersebut.
Taman tampak tenang dan damai, di terangi oleh cahaya redup dari lampu-lampu taman. Tak jauh dari tempat duduknya ada sebuah kolam dengan air mancur.
"Kangen banget." Matanya tidak sengaja menatap foto yang berada di belakang handphonenya.
Sebuah foto polaroid yang berisi dirinya serta Abin. Jika saja dulu ia tidak memaksa Abin untuk pergi ke studio foto mungkin foto ini tidak pernah ada.
Senyum ceria Kara terpampang jelas dalam foto tersebut, sedangkan Abin menutup kedua matanya menggunakan jemari panjangnya namun senyum khasnya masih terlihat.
"I miss you so bad, biasanya jam segini kamu udah call aku, nanyain gimana hari ini. Tapi kali ini rasanya sepi banget, yang biasanya banyak banget notif dari kamu tapi sekarang satu pun gak ada." Kara mengelus pelan foto tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀
Teen Fiction⚠️𝟏𝟖+ 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫⚠️ 𝐀𝐭𝐦𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐬𝐚, 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐢𝐬𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐧𝐣𝐚𝐧𝐚 𝐲𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐝𝐲𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐤𝐬𝐢 𝐛...