Jangan lupa tekan bintang yaw!
Happy reading🌷🌷Malam yang bening, seorang gadis tengah berbaring di atas ranjang menghadap samping, bahunya bergetar dengan perasaan bercampur aduk. Antara kesal, marah, dan kecewa yang tertahan.
Di luar langit tampak hitam, tidak ada satupun bintang atau bulan yang bersinar, seolah mengetahui isi hati gadis tersebut.
Matanya memandang ponselnya yang tergeletak di samping, berharap ada pesan masuk yang menjelaskan segalanya. Gadis itu memejamkan matanya, berbisik lirih akan kerinduannya yang mendalam.
Derit pintu yang terbuka tidak membuat gadis itu sadar jika ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya. Orang itu lantas duduk di atas ranjang, mendekat kearah telinga gadis itu.
"Hei, i'm back."
Jantungnya berdetak kencang, matanya membelak terkejut, tubuhnya terasa membeku dengan napas yang tertahan.
Suara itu, suara yang selama ini ia ingin dengar. Suara yang sangat ia rindukan, perlahan ia membalikkan badannya guna melihat apakah ini hanya sebuah halusinasi.
Ia tak mampu membendung air matanya lagi, dengan hati yang kesal ia memukul dada bidang milik kekasihnya. Tidak terlalu kuat namun setidaknya dapat meluapkan perasaan yang selama ini ia tahan.
"Lo jahat, jahat banget tau gak!" lelaki itu tidak menahan, justru ia membiarkan gadisnya mengeluarkan semuanya.
Setelah dirasa amarah gadisnya mereda baru lelaki itu menarik pelan tangan gadis itu untuk ia bawa kedalam dekapannya.
Ia peluk tubuh yang sudah beberapa hari tidak ia lihat, sedangkan gadis itu tak memberontak karena tenaganya sudah habis.
"Maaf," ucap lelaki itu lirih, kepala gadis itu ia jadikan tumpuan dengan tangan yang tak berhenti mengelus rambut sang kekasih.
"Maafin aku karena gak ngabarin kamu." Tangan satunya lagi ia gunakan utuk mengelus punggung gadis itu yang nampak bergetar.
"Lo tau gue di sini nungguin kabar dari lo! Gue takut Bin kalo terjadi apa-apa sama lo."
Sepasang kekasih itu tak lain dan tak bukan ialah Abin dan Kara.
Abin tau ini kesalahannya, tapi ada alasan dibalik dirinya yang tidak memberikan Kara kabar. Hari ini, tepat 2 jam yang lalu ia baru saja sampai disini. Setelah berpamitan kepada orangtuanya Abin langsung saja pergi ke rumah Kara.
Ternyata di rumah hanya ada bi Inem dan juga Kara, bibi pun memberi tau Abin bahwa Kara di dalam kamar sejak dirinya pulang sekolah. Abin pun lantas menuju kamar milik Kara, ia sedikit tersentak saat melihat bahu gadisnya bergetar.
"Udah ya jangan nangis lagi, nanti susah nafas loh," ucap Abin masih dengan Kara di dalam pelukannya.
Perlahan tangisan Kara berhenti, ia lantas melepas pelukannya. Abin dapat melihat mata Kara yang membengkak, sudah bisa dipastikan jika ia menangis begitu lama.
"Udah berapa jam nangis, hm? Sampai matanya bengkak gini." Abin mengusap kedua mata Kara menggunakan 2 jempolnya.
"Ini juga gara-gara lo," cebik Kara menatap kesal Abin.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀
Teen Fiction⚠️𝟏𝟖+ 𝐂𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐝𝐮𝐧𝐠 𝐤𝐚𝐭𝐚-𝐤𝐚𝐭𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐚𝐫⚠️ 𝐀𝐭𝐦𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐬𝐚, 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐢𝐬𝐢𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐫𝐞𝐧𝐣𝐚𝐧𝐚 𝐲𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐤𝐮𝐧𝐣𝐮𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐦 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐧𝐝𝐲𝐚𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐤𝐬𝐢 𝐛...