³⁰

71 11 2
                                    

CISO GA NYANGKA BISA SAMPAI DI PART 30 (⁠>⁠▂⁠<⁠)
Happy reading 🌷🌷

Samar-samar terdengar teriakkan seseorang dari dalam rumah. Gadis itu segera menarik ganggang pintu untuk melihat apa yang tengah terjadi.

Namun tubuhnya seketika membeku tak kala melihat sepasang suami istri yang tengah beradu argumen di ruang tamu. Mereka sama-sama saling melemparkan nada tinggi tanpa melihat sekeliling bahwa ada seorang anak yang memperhatikannya.

Urat di kepala lelaki tersebut terlihat sangat jelas, telunjuknya terangkat mengarah pada seorang wanita paruh baya di depannya.

"DULU KAMU BILANG AKU YANG SELINGKUH, TAPI TERNYATA KAMU YANG SELINGKUH!" ucap lelaki itu dengan nada tinggi.

"KAMU JANGAN ASAL NUDUH YA!" tak ingin kalah sang wanita itu pun ikut  menaikkan nada suaranya.

"Terus kemarin yang di mobil berduaan itu siapa?Aku udah bilang sama kamu, berhenti kerja, biar aku aja yang kerja! Kamu cukup urus rumah sama Kara! Tapi apa? Saat Kara sakit aja kamu masih betah kerja." sang gadis yang jadi bahan pembicaraan hanya mampu berdiam diri di depan pintu utama memandang datar pada orang tuanya.

"Kenapa malah nyalahin aku? Kamu juga sibuk kerja sampai gak sempat jenguk anak kamu!"

"Aku kerja buat cari uang, buat kebutuhan sehari-hari. Harusnya kamu sebagai ibu melaksanakan peran dengan baik, anak sakit itu dijaga! Tapi kamu malah sibuk kerja, apa selama ini uang yang aku kasih masih kurang?"

Wanita itu terkekeh, menatap sinis pada lelaki di depannya. "Aku tanya, apakah kamu melaksanakan peran seorang ayah dengan benar?"

Lelaki itu terdiam dengan ucapan istrinya yang begitu sarkas.

"Kenapa diam? Selama ini kamu melaksanakan peran kamu dengan baik gak? Enggak kan! Kamu sibuk kerja, gak pulang ke rumah bahkan sampai berhari-hari."

"Jadi jangan cuma bisa nyalahin aku aja, kalo kamu juga belum tentu becus jadi seorang ayah!" wanita itu lantas berlalu, ia menaiki anak tangga menuju lantai atas.

"Ayo ikut aku." Abin menarik pelan tangan Kara.

Sedangkan si pemilik tangan enggan mengeluarkan suara, mereka berdua lantas kembali menuju ke mobil yang terparkir.

Abin membawa Kara masuk ke dalam mobil, setelahnya ia kembali menaruh barang bawaannya di jok mobil.

Abin pun membuka pintu mobil, tatapan kosong yang pertama kali ia lihat di wajah Kara. Ia mengelus tangan seputih susu itu.

"It's okey, ada aku sayang," ucap Abin lirih.

Kara memang tak menangis, tapi dari tatapan nya saja sudah membuktikan jika hatinya hancur, anak mana yang tidak hancur tak kala melihat kedua orangtuanya bertengkar. Niat hati ingin istirahat tapi malah melihat hal yang tak seharusnya orang tua perlihatkan.

Dulu ia senang sekali setiap pulang ke rumah ketika sekolah telah usai, ia akan di sambut oleh sang ibu dengan appron yang melekat di tubuhnya. Dengan semangat sang ibu menyuruhnya mencicipi kue yang tengah dia buat.

Lalu sang ayah datang setelah pekerjaan kantornya selesai, mereka sama-sama menikmati kue tanpa mengganti pakaian dulu sehingga wanita paruh baya yang di sebut ibu itu akan memarahi mereka.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang