⁰³

272 141 48
                                    

Wajib vote, maksa!
Happy reading ciso🌷🌷

Abin berjalan memasuki rumahnya. Terlihat bundanya sedang menonton televisi.

Mengetahui anaknya sudah pulang Vania-bunda Abin menghampiri anaknya. Abin menyalim tangan Vania di sambut kecupan hangat di dahinya.

"Tumben pulang cepet? biasanya sore mulu." tanya Vania, memang biasanya Abin akan pulang ketika hari sudah sore. Maklum ketos banyak urusan yang harus di urus.

"Abin gak ada kegiatan bun, jadi pulangnya cepet."

"Yaudah sana ganti baju, habis itu turun buat makan." Abin mengangguk lalu ia pergi ke kamar untuk membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri dia langsung pergi ke dapur untuk makan. Kebetulan hari ini bundanya memasak makanan kesukaan nya.

Setelah selesai makan dia pergi ke ruang tamu tak lupa membawa toples yang berisi kripik. Terlihat kakak perempuannya sudah pulang.

Abin memiliki kakak perempuan. Naya Dayta Nabastala. Kakak satu-satunya yang Abin punya. Naya tipikal orang yang cerewet, sering kali mereka berdua bertengkar dengan masalah yang sebenarnya sepele. Namun itu pertengkaran itu hanya sesaat, setelah itu mereka kembali normal. Naya dan Abin berpaut usia 4 tahun.

Abin duduk di samping Naya sesekali mengunyah kripik yang dia bawa.

Naya dengan iseng merebut kripik yang di pangku adiknya. Abin menatap kesal kakaknya. Lagi enak-enak nya loh.

"Bunda." rengek Abin, Vania menatap malas mereka berdua, sudah hal biasa baginya.

"Minta dikit, pelit banget lo jadi adik." ucap Naya sambil memasukan kripik ke dalam mulutnya.

"Di dapur masih ada, kenapa gak lo ambil sendiri aja ke sana." Abin masih berusaha merebut kripik nya.

"Mager." jawab Naya santai.

Dengan kesal Abin memukul Naya dengan bantal yang tepat ada di sampingnya. Bantal itu mengenai sedikit pundak Naya.

"Bunda liat anak bontot bunda, mainnya kekerasan mulu." adu Naya.

"Ck, kamu juga suka banget ganggu adik kamu, mending kalian diem bunda mau nonton tv dengan tenang." ucap Vania, Abin menatap Naya dengan senyuman yang mengejek, sudah pasti dirinya di bela.

Tak lama datang Ayah Abin, Bagas Diaksa Nabastala walaupun sudah berumur ketampanan Bagas tak pernah hilang.

Bagas membawa kantong plastik yang pasti isinya makanan, ia menaruh makanan di atas meja.

"Kalian ini ributin apaan lagi, dari luar ayah denger loh."

"Naya loh ayah ngambil kripik Abin." adunya.

"Abin gak sopan manggilnya." tegur bagas, ia langsung duduk di samping istrinya.

Sedangkan Naya membalas dengan senyuman mengejek, merasa puas melihat wajah kesal Abin.

"Tuh ayah bawain kalian martabak." ujarnya menunjuk dengan dagu kantong plastik tersebut.

Abin dan Naya berebutan untuk mengambil.

"Kalian ini bisa santai gak ngambilnya, nanti kalo jatuh makanannya gimana?" ucap Vania mulai kesal melihat kelakuan anaknya.

Mereka mengangguk lalu mulai makan martabak dengan nikmat, tangan mereka sudah berminyak di tambah dengan lumuran coklat, dengan iseng Naya mencolek pipi Abin dengan tangannya yang berisi coklat.

"BUNDAAA." teriak Abin sudah sangat kesal.

Canda tawa terdengar begitu indah di rumah megah milik Nabastala ketika anak bungsu mereka sudah marah. Mereka makan bersama dan juga saling berbagi cerita tentang keseharian yang mereka lakukan.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang