²⁵

43 4 2
                                    

Hope u like this part ciso🐳 klo ad typo tandai ya
Happy reading 🌷🌷

Seperti biasa aktifitas seorang murid ialah bangun pagi, pergi sekolah, lalu mengeluarkan buku dan mendengarkan bahkan mencatat apa yang telah di sampaikan oleh guru.

Seperti saat ini, kelas Mipa 2 yang adem mendengarkan penjelasan dari guru di depan. Ada yang mencatat poin-poin penting, ada juga yang sibuk memperhatikan namun tidak masuk ke kepala.

"Adapun peninggalan kerajaan Majapahit berupa candi yaitu, candi bajang ratu, candi pari, candi ti-" ucapan bu Yuli sontak terhenti tak kala matanya menangkap sosok siswi yang tengah tertidur di jam pelajarannya. Kakinya pun melangkah mendekat ke arah bangku siswi yang tertidur itu.

"Mampus!" teman sebangkunya berusaha membangunkan gadis yang tengah mengejar mimpi di alam sana.

"Woi monyet bangun!" ucapnya menggoyangkan lengan milik gadis itu. Sedangkan sang guru sudah semakin dekat menuju bangku mereka.

Tak

Guru itu sengaja meletakkan penghapusan papan dengan keras di meja mereka sehingga menimbulkan suara yang membuat gadis itu terkejut.

"Apa sih bangsat," umpatnya sembari mengerjapkan matanya.

"LENGKARA ANINDYA GEMINTANG!"

Gadis itu menegang tak kala cukup familiar dengan suara itu, ia lantas menoleh ke arah depan. Dan bom! Bu Yuli sudah ada di depan wajahnya.

"Bagus! Kamu sudah tidur di jam pelajarannya saya, lalu mengumpat di depan saya!"

"Saya ngantuk buk," jawabnya sembari mengucek matanya.

"Sekarang cuci muka kamu, dan bawa tumpukan buku itu ke perpustakaan! SEKARANG!"

Kara dengan malas bangkit dari tempat duduknya. "Gue duluan."

Setelah mengucapkan kalimat itu kepada sahabatnya, ia lantas mengambil tumpukan buku yang harus ia bawa ke perpustakaan.

Sudah halaman tebal, tumpukannya tinggi pula. Ia berusaha payah untuk menyeimbangkan buku itu agar tidak jatuh di karenakan memang cukup berat.

Setelah seimbangan baru ia berjalan ke luar kelas. Murid-murid yang memperhatikan di dalam kelas merasa iba kepada Kara. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul di suruh membawa beban seberat ini.

Perlahan kaki jenjangnya itu melangkah dengan beban di tangannya. Sepanjang koridor terasa sepi akibat semua siswa yang sedang fokus belajar di dalam kelas.

"Sialan emang! Gak tau apa ini buku berat banget. Malah gue sendiri yang harus bawa." gerutunya dengan dahi yang mengerut.

Tangannya mulai pegal, bayangkan saja dengan jumlah halaman yang tebal harus ia bawa sebanyak 20 buku.

Sekitaran 10 menit tibalah ia di perpustakaan, ia angkat kakinya sebatas pinggang guna menyangga buku-buku itu. Sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk membuka knop pintu.

"Permisi." kepalanya menyembul di balik pintu.

Petugas perpustakaan yang tengah sibuk menulis lantas menoleh ke sumber suara. "Kara, kenapa bawa buku sebanyak itu?"

"Ini bu, di suruh bu Yuli buat ngembaliin buku-buku ini." Kara letakkan buku itu di atas meja.

"Oh yaudah terimakasih ya, ibu lupa kemarin emang sempat di telepon sama bu Yuli." Kara hanya menanggapi dengan tersenyum.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang