³⁶

4 1 0
                                    

Typo bertebaran, btw jangan lupa vote
Happy reading 🌷🌷

Matahari mulai berjalan ke arah barat, sinarnya yang lembut menyelimuti jam pulang sekolah. Seorang gadis yang kerap di sapa Kara tengah berdiri di depan gerbang sekolah.

Jalanan mulai di penuhi siswa-siswi yang berlalu lalang. Matanya terus melirik pada handphone yang berada dalam genggamannya.

Sebelum jam pulang berbunyi Abin sempat mengirim dirinya pesan untuk pulang bersama alhasil Kara menolak ajakan temannya untuk pulang bersama.

"Tumben dia lama banget," gumam Kara, matanya tak berhenti mencari menatap ke sekelilingnya guna mencari dimana sosok Abin.

Tak lama sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca mobil di buka, ternyata Abin lah pelakunya. Namun bukan itu yang membuat Kara terkejut, melainkan ada sosok gadis yang duduk di samping kursi pengemudi.

"Yuk masuk, gapapa kan kita bareng Aluna?" tanya Abin, Kara hanya mengangguk singkat.

Kara membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalamnya. Jadi posisinya, Abin dengan Aluna di depan sedangkan Kara duduk sendiri di belakang.

"Haii, kenalin gue Aluna bisa di panggil Luna, mantan terlama Abin. Ya gak bin?" goda Aluna menarik turunkan alisnya.

"Gue Lengkara, bisa di panggil Kara pacar Abin." Kara menjabat tangan milik Aluna.

Aluna Meisya Putri atau kerap di panggi Luna. Gadis kelahiran 2006 yang baru saja pindah dari Singapore.

"Kalian udah lama pacaran?" tanya Luna.

"Enggak, baru jalan beberapa bulan." Bukan Kara yang menjawab melainkan Abin.

"Hati-hati ya, jagain pacar lo Ra, takut di ambil orang." Pesan Aluna membuat Kara bingung, justru ia harus hati-hati dengan sosok gadis ini.

Mobil Abin kini perlahan memasuki jalan raya. Walaupun duduk di belakang suara Luna masih bisa terdengar, ia terus saja membahasa masa lalu yang membuat Kara jengah. Menceritakan bagaimana serunya hubungan mereka saat masih bersama.

Kara hanya memberikan anggukan sebagai respon. Ia lebih memilih memainkan ponselnya guna meredam emosi yang ada di hatinya.

"Binbin nanti di pertigaan belok kanan ya, anterin aku buat beli bakmi. Kamu masih ingat kan itu warung bakmi kesukaan kita dulu, setiap hari jumat pasti selalu makan disana."

"Iya Lunlun, nanti kita mampir."

So Luna ternyata sudah mempunyai nama panggilan khusus untuk Abin begitu pun sebaliknya. Rasa ragu akan bersanding dengan Abin kembali memenuhi isi kepalanya.

Sibuk dengan pemikirannya sendiri tak terasa mereka sudah tiba di warung bakmi langganan Abin dan Luna dulu.

"Ayo turun Ra, kamu harus cobain bakmi di sini. Dijamin pasti bakalan ketagihan," ajak Abin sembari melepaskan sabuk pengamannya.

"Kalian berdua aja yang turun, aku diam di sini aja," balas Kara membuat Abin bingung.

"Kenapa, kamu sakit? Suara kamu lemas banget," tanya Anin khawatir.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang