²²

45 5 5
                                    

Ayo lebih bahagia ciso 🐳 btw jangan lupa putar musik di atas biar dapat feel pantainya🏝️
Happy reading 🌷🌷

Langit yang awalnya berwarna jingga kini perlahan mulai memerah. Burung-burung berkicauan menyambut malam yang akan tiba. Matahari tengah istirahat dan kini giliran bulan yang bekerja.

Lampu di jalanan mulai di hidupkan kian menambah suasana hangat malam ini. Hembusan angin kini sangat menyejukkan.

Seorang laki-laki tengah duduk termenung di dalam bilik kamarnya. Selesai mengerjakan tugas ia baru mengingat sesuatu.

"Gue bodoh banget, bukannya ngarahin ke hal baik malah jadi ke hal negatif gini," ujarnya sambil memutar bolpoin.

"Gak! Gue harus merubah ini," tekadnya, ia menoleh ke arah belakang tak kala mendengar pintu di ketuk.

"Masuk aja, pintunya gak di kunci." pintu pun lantas di buka, terlihat wanita paruh baya membawa segelas susu di tangannya.

"Kenapa belum tidur bunda?" tanya laki-laki itu ketika melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam.

"Bunda belum ngantuk Bin, ini minum dulu susunya." wanita paruh baya itu menyerahkan segelas susu kepada laki-laki yang ia panggil Bin.

Betul, laki-laki itu ialah Abin Nabastala. Abin lantas meneguk susu tersebut hingga tandas.

"Ada yang menganggu pikiran kamu?" tanya Vania, sebab setelah pulang sekolah Abin kebanyakan diam. Bahkan ketika Naya mengganggunya pun ia tetap diam.

"Enggak, Abin cuma mikirin nilai ulangan tadi. Takut gak sesuai ekspektasi."

"Jangan terlalu keras Abin, bagaimana pun kamu udah berkerja keras. Toh mau nilainya besar atau kecil itu bukan masalah besar." Vania mengelus rambut lebat Abin.

"Tapi kalau tahun ini Abin gak jadi juara lagi gimana bun?"

"Bunda lebih dulu lahir dari kamu, dan bunda juga pernah dapat juara waktu sekolah dulu. Bunda tau rasanya bagaimana mempertahankan juara kita biar tetap di atas, tapi bukan gini caranya Abin."

"Walaupun nanti juara kamu turun bunda tetap bangga, kamu sejauh ini udah bekerja keras, mempertahankan juara kamu di sela-sela kesibukan kamu menjadi ketua osis. Tubuh kamu juga perlu istirahat, otak kamu juga perlu ketenangan." Abin hanya diam saja ketika Vania menasehatinya.

"Jadi jangan di pikirin lagi, bunda gak mau cuma gara-gara nilai kamu jadi sakit. Bunda sama ayah pernah bilang kan, kita gak pernah nuntut kamu untuk mendapatkan nilai sempurna." lanjut Vania, Abin segera memeluk Vania.

Ia tak berhenti mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, Tuhan sangat baik mengirimkan malaikat tak bersayap yang menjadi orang tuanya.

Ia sangat bersyukur memiliki orang tua yang penuh perhatian, tidak menuntut apapun dari dirinya. Hidup di keluarga yang setiap pencapaiannya di apresiasikan its another level of happiness.

"Abin where are you." kepala Naya menyembul dari bilik kamar Abin.

"Peluk-pelukan gak ngajak Naya," ucap Naya melangkah ke arah mereka berdua.

"Lo itu gak di ajak," ejek Abin menjulurkan lidahnya.

"Mood gue lagi bagus ya karena awal bulan udah dapat gajian, nih gue bawain milkshake strawberry sekalian sama buahnya." Naya menyerang plastik yang berisi minuman kesukaan Abin. Ia juga membelikan Abin 1 kotak buah strawberry karena ia sangat menyukai buah berwarna merah dengan bintik hitam itu.

𝐔𝐏𝐄𝐊𝐒𝐇𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang