Setelah tiga hari Aisyah di rawat di rumah sakit, sekarang dia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah.
"Nggak ada yang ketinggalan kan?" tanya Mama Sarah dengan tangan yang sibuk mengatur baju Aisyah.
Aisyah yang duduk di atas ranjang pun menggeleng. "Enggak ada, Ma."
Mama Sarah tersenyum lalu menepuk-nepuk tangannya dan mengusap keningnya yang berkeringat.
"Maaf ya, Ma. Aisyah jadi ngerepotin." lirih Aisyah.
Mama Sarah tersenyum dan mengelus lembut pipi sang menantu. "Jangan ngomong kaya gitu, Syah. Kamu anak Mama jadi Mama sama sekali nggak merasa direpotkan. Ini sudah menjadi tugas seorang ibu untuk selalu membantu anaknya. Iya kan?"
Aisyah segera memeluk erat Mama Sarah. Dia menumpahkan tangisnya yang terdengar memilukan di telinga Mama Sarah. Sekarang Aisyah menyadari satu hal, disaat dirinya merasa sakit dan menderita karena perlakuan suaminya, disaat dirinya harus menahan rasa rindu terhadap orang tuanya, dan disaat dirinya sangat membutuhkan dukungan dan kasih sayang, Allah justru menghadirkan satu orang yang selalu ada untuk menjadi obat penenang untuk Aisyah. Dan itu adalah ibu angkat sekaligus mertuanya.
Mama Sarah mengusap pelan punggung Aisyah yang bergetar karena tangis. Mama Sarah juga bisa merasakan apa yang Aisyah rasakan sekarang. Sebagai sesama wanita dan juga seorang istri, Mama Sarah tahu bagaimana rasanya mendapat perlakuan tidak baik dari suami karena dia pernah berada di posisi Aisyah.
Dulu Mama Sarah sangat susah untuk memiliki seorang anak, hal itu menjadi penyebab sang suami—Papa Fahri memilih untuk menikah lagi dengan ibu kandung Farel. Selama enam tahun menikah, Mama Sarah belum juga diberi titipan malaikat kecil dari yang Maha Kuasa. Karena sangat menginginkan keturunan untuk menjadi pewarisnya membuat Mama Sarah berusaha ikhlas dan pasrah melihat suami tercintanya menikah dengan sepupunya sendiri.
Di pernikahan sang suami dan sepupunya yang menginjak usia ke lima bulan, mereka sudah diberi kepercayaan untuk menjadi seorang ayah dan ibu. Melihat suaminya bahagia akan anak yang dikandung oleh istri keduanya itu membuat Mama Sarah cemburu dan sakit hati. Mama Sarah selalu menyalahkan dirinya sendiri dan bahkan nekat melakukan percobaan b*n*h diri namun berkali-kali gagal.
Sampai pada momen dimana Papa Fahri berubah menjadi lebih kasar dan cuek membuat Mama Sarah didiagnosa menderita penyakit skizofrenia. Selama istri keduanya masih ada, hidup Mama Sarah selalu dipenuhi dengan tangisan dan jeritan. Berkali-kali juga Mama Sarah mengonsumsi obat penenang. Setiap hari yang dia lihat hanya keromantisan dan keharmonisan rumah tangga suami dan madunya.
Namun, penderitaan Mama Sarah mulai menghilang ketika sepupunya yang menjadi istri kedua suaminya itu menjadi korban tabrak lari dan dinyatakan meninggal di tempat. Setelah kejadian itu, Papa Fahri belum berubah, ia masih cuek kepada Mama Sarah namun seiring berjalannya waktu melihat Mama Sarah yang begitu menyayangi dan mau merawat Farel membuat Papa Fahri luluh dan perlahan berubah dengan lebih memberikan kasih sayang dan cintanya untuk istri pertamanya, kebahagiaan Mama Sarah semakin bertambah saat dirinya dinyatakan tengah mengandung anak pertamanya yang di tunggu-tunggu selama bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fadel & Aisyah (our destiny) - ON GOING
General FictionHarap bijak dalam membaca❤️🔥 ⚠️Follow dulu sebelum membaca⚠️ Nour Aisyah Adzkiya, wanita sholehah berusia 26 tahun yang berprofesi sebagai dosen ini terpaksa menerima perjodohan dari orangtua angkatnya untuk menikah dengan anak mereka yang 4 tahun...